Tepimu dan tepiku

Hari ini entah kenapa kita sama sama curiga.
Aneh.
Dingin.
Hati mendadak gemar sekali menjadi mata-mata.

Waktu mengalahkan tubuh kita dan menjajah penalaran untuk takluk menjadi boneka-boneka mainanya.

Jarak menancapkan pasak pasak yang semakin menjauhkan kutub kerinduan antara kau dan aku.

Ruang telah mengurung kekuatanku ,menghabisi mili demi mili pengertianmu, tak memberi ijin tumbuh ambisi yang masih sedikit menyisa.

Aku hilang keseimbangan,
laut sunyi telah benar-benar sempurna menenggelamkan tiga perempat bagian energiku di kamar bercat krem ini.

Tubuhku pecah berantakan.
Untuk sesekian jeda,
aku penuh,
lantas mengosong.
Tak ada suara,
tak ada sepi,
tak ada apapun,sungguh tak ada.
Lalu perlahan selebar lebar pandangan adalah lanskap monokrom yang menjadi inti persegi dimensi.

Titik kemudian mengada memberitahuku ,

Yip,
sadar yip ,
tak ada yang sia sia dari sebuah perjuangan.

Suara itu menggoyang tubuhku agar bangun.
Berenang lagi.
Berjalan kembali.

' matimu bukan disini '
kepekatan pudar.

akhirnya aku mengerti, membuka jendela.
Menikmati kembali pori pori yang menjilati teduh suasana.

Ya, aku sedang memperjuangkan titik pertemuan.
Antara tepiku dan tepimu ,
tak mungkin dengan emosi serupa ini,
tak bisa dengan keakuan yang masing masing membenarkan diri.

Adik,
meski ringkih, meski cacat,
ijinkan aku belajar menjadi langit bagi luas rimbamu...

Tidak ada komentar: