MANISAN DALAM STOPLES

MANISAN DALAM STOPLES

barangkali kau yang semasak buah sirsak, berbiji surat-surat dan alamat. sungguh tangguh dirimu menyembunyikan sebongkah pahit, yang tak kunjung menyerpih seserpihpun meski telah kupahat-pahat . tak kudengar kau menjerit.

berhala berlarian, seolah baru saja bertemu dengan tuhan,saat kugantungkan telapak kapakku dilehermu, tebing leher yang lacur bagi kesalahanku, membuatkan selebar ranjang, pernah kantukku disitu terpaksa bermalam, sebab penginapan lain penuh dihuni musim hujan.

suatu kali tanpa sengaja kutemukan kau, setelah aku bertahan selama bertahun-tahun untuk tak mengejarmu, bayangan lidahku yang diuputus temaram, aku menyaksikanmu di sebuah toko oleh-oleh dan manisan, kau membawa kecurangan, di senyummu tak tertera tanggal bepergian, jalan baru, dan balas dendam yang berhasrat ingin kau impaskan, nama kadaluarsa.siapa kiranya yang alpa mencantumkannya dalam kemasan luarnya ?

kau pergi lagi, bersama petikan lagu-lagu, dijinjing tamasya demi tamasya,, hari libur kian bertambah lebar dan subur, mengabarkan bermacam kesedihan jam yang terus bekerja,dan acap memprotes upahnya tak sesuai. aku melihatmu,dalam stoples bening, dengan mataku yang makin dipenuhi sisa usia dan benang yang tak henti berbantah-bantahan. hingga apa yang kusaksikan terlihat lebih murung dan miring. tiba-tiba kau tergilincir dan jatuh. semoga ini cuma kesalahan mataku yang gaduh.

kampung layur, desember 2010



gambar diambil dari sini

GAMBAR MAINAN TOKO YANG TIBA-TIBA MENJADI PENTING MALAM INI

GAMBAR MAINAN TOKO YANG TIBA-TIBA MENJADI PENTING MALAM INI

Barbie
ia pinjam gaun ibunya, gaun berisi pesta-pesta tua,
gaun penuh sulaman lamun
yang telah menidurkan para lelaki kehilangan seperangkat kelamin,
di sebelah gudang penyimpan tong-tong anggur berumur.
aih, lama nian pita itu
menjelma hiasan di dada yang hancur,

seseorang telah mematahkan
tangkai jantungnya yang pipih, hingga darah,
yang menetap di gelembung kantungnya,
menjadi lebih putih dan berbuih.
setelah tahu begitu, janji baginya
adalah jarak yang mudah terhapus,
oleh tujuan seringkih kapur barus.

tahun dan tuhan bersamaan menyublimkan, kenyataan.
katanya.

Pinokio
dibawanya gergaji bergigi tajam,
tiap kali ia akan bermain kearah hutan.
berjaga-jaga, demi lubang-lubang hitam
yang telah menumbangkan
sebuah pohon ketapang, bakal dirinya.

ia ingin berhenti menanggung malu
menerima ejekan, kata orang-orang,
tanduk hidungnya selalu tumbuh
lebih panjang dari kebohongan.

maka ia lupakan petuah ayah,
julur lidah yang tiap subuh
mengeluarkan getah
; nak, rajin-rajinlah ke sekolah.

ia tampak semakin bodoh,kini.
seorang diri di sesungging tepian,
menggergaji batang hidung sendiri.

Peterpan
: untuk wendy

sering kau masukkan masa depan itu,
ke dalam tungku telingaku.
yang lama berkobar-kobar.
memanggang panggung bermacam bebunyi,
laut keinginan dan mahir kutukan.

akhirnya kecupmu yang lunak
meninggalkan panjang jeritan tukak,
yang menukik nukik, tunduk menyembah kesembuhan,
rumah perjalanan.

aku, bintang kecil
yang mulanya terbang riang
lantas terbanting ke daratan.
memahami lamat bayang gerak tangan,



gambar diambil dari sini

PENYAKIT PENYAKIT YANG MEREKA DUGA TELAH MENJANGKITI SAJAKKU

PENYAKIT PENYAKIT YANG MEREKA DUGA TELAH MENJANGKITI SAJAKKU

1
mereka menduganya sebagai pedofilia
ketika sajakku berhasrat untuk
selalu mengecupkan rasa manis yang gigil,
di selembar ayunan keyakinan
berkelopak mungil.

hari-hari menjadi lebih purba,
dari usia makna yang pernah dikecap biji biji kata ,
tumbuh dan bertambah,
oleh kehilangan tak tercegah.
kehilangan yang datang berulang
sekencang baling-baling.
patuh kipas angin.

sajakku, senyum-senyum lentik,
riang menyembah kesedihan,
tak pernah habis dikunyah geraham.
setelah tanggal ngilu gigi susu.
masa kanak tanpa baju.

2 oedipus kompleks

mereka duga, sungguh, ia,
sajakku : mencintainya,

bertahun tahun seusai nama penyakit ini
dibuat untuk melakukan perjalanan
jauh mencari obat.
ke kematian paling barat.

ia mencintamu,ibu,
sepedih alam mencintai durga,
hingga rela menyediakan punggung
dihantam gunung.
katanya demi rahim yang bersusah
mengandung ceruk perasan
luap santunmu yang santan.

ibu yang maha iba, diam diam,
semenjak yang melengkapi itu pergi,
ia tiba-tiba menjadi perihal durhaka,
memindahkan surga demi surga
dari telapak kakimu ke telinganya sendiri.

agar ia bisa jatuh cinta kepada surga tiap hari !



3

apakah memang benar ini adanya,
ketika tubuh sajakku telanjang,
menanggalkan warna-warna baju
dari kalimat ganjil dan lucu,
sajakku girang dalam telentang.

lantas mereka bilang,
tentang sebuah penyakit,
yang pengucapanya sedemikian rumit

: ek-se-bi-si-o-nis.



gambar diambil dari sini

BERSAMA 49 PUISI LAIN, PUISI SAYA AKHIRNYA TERBIT JUGA DALAM ANTOLOGI PUISI KASIH : TANAH AIR DAN UDARA YANG DI TERBITKAN HASFA PUBLISHER

MAHAR SEORANG LELAKI DI POS PENGUNGSI
: pengantinku

pesta akan segera berangkat, diarak iringan pelayat
membawa sepasang wajah kita yang sungsang ,
mendidih dan matang,
mengembunkan sungging kesakitan.

di meja kaca yang tak berisi satupun undangan milik tamu,
aku melamunkan engkau, dalam bencana yang begitu tangguh,
hingga sulit bagi upayaku sekedar membantah.
meski telah kuminum peluh.

maka, demi panas dan abu yang tertangkap,
di alamatmu yang dulu beratap,
kita akan bangun suar dari biji pasir.
menyiarkan rasa berkabung,
yang selahar demi selahar,
menjauhi pagar milik leluhur.
tempat berkubang kaki ternak dan lumpur.

derajat ini, telah mengusir suhu tubuhmu, mirat beningku,



nb : SELAMAT YA !
menjadi tenda pengungsi,
yang bahkan, kini tak hapal wajah sendiri.
maharku, seperangkat kepedihan ini,
yang tak pernah orang-orang amini.
akhirnya lengkap mengecup airmatamu.

BEBERAPA PUISI SAYA UNTUK HASFA PUBLISHING



MAHAR SEORANG LELAKI DI POS PENGUNGSI

: pengantinku

pesta akan segera berangkat, diarak iringan pelayat
membawa sepasang wajah kita yang sungsang ,
mendidih dan matang,
mengembunkan sungging kesakitan.

di meja kaca yang tak berisi satupun undangan milik tamu,
aku melamunkan engkau, dalam bencana yang begitu tangguh,
hingga sulit bagi upayaku sekedar membantah.
meski telah kuminum peluh.

maka, demi panas dan abu yang tertangkap,
di alamatmu yang dulu beratap,
kita akan bangun suar dari biji pasir.
menyiarkan rasa berkabung,
yang selahar demi selahar,
menjauhi pagar milik leluhur.
tempat berkubang kaki ternak dan lumpur.

derajat ini, telah mengusir suhu tubuhmu, mirat beningku,
menjadi tenda pengungsi,
yang bahkan, kini tak hapal wajah sendiri.
maharku, seperangkat kepedihan ini,
yang tak pernah orang-orang amini.
akhirnya lengkap mengecup airmatamu.


DALAM SEBUAH TAS PUNGGUNG TERGELETAK YANG DITINGGALKAN PEMILIKNYA


pensil

akhirnya oleh buku gambar,
aku dipatahkan, bersebab baginya aku tak patuh,
tak mau mengucap biru,
yang terlumat bara,
tergelincir ke kening gunung,
seusai sejarah dijajah tangan ahli tenung.
menjadi lebih tebal dan murung.

sementara yang lubang dadaku bisa,
adalah menyimpan arsiran rahasia,
abu-abu sisa pembakaran, sisa letupan.
aku belum sempat mencatat ,
nama-nama yang sembunyi di kantung mayat.
aku sudah patah.

penggaris plastik

apa yang bisa kuceritakan,
agar engkau percaya,
pada sepuluh kilometer ini,
selain jarak yang mengelupas,
keinginan untuk berkembang biak dengan baik,
itupun akhirnya tandas.

botol minum

kujaga, rasa haus yang timbul tiap kali,
kau lewati sungai ini.
perjalanan katamu,
telah menumpahkan jam-jam,
yang terus berenang, mencari kedalaman.

aku tahu, jam di tubuhmu mungkin sudah mati,
terpanggang bumi.
tapi masih saja kudengar, sedu.
merengek-rengek padaku agar mengalirkan sesuatu.

penghapus kita

seperti sedang berbicara kepada ucapan yang lenggang,
betapa buas panas yang lahir dari abu-abu ini.
mungkinkah, salah satu penggalan kalimat itu jejakmu,
yang tanpa alasan jelas ditanggalkan sepasang sepatu.
kali ini aku cuma bisa menghapus,
hujan mata yang kadung jatuh ke tandus.


SUARA TUHAN DALAM GELAS

aku mendengar suara Tuhan dalam gelas yang tandas.
Ia masih maha menabung lenggang lengking doa kita,
yang lama bersabar diatas tangan hangus,

sebentar lagi, kataNya ;

mungkin Ia ingin agar kita lebih berdebar.
menebak-nebak kabar
yang datang dengan kaki memar.

PEREMPUAN YANG MENYURATI TUHAN


PEREMPUAN YANG MENYURATI TUHAN

akhirnya ia menyurati Tuhan,
yang telah menjatuhkan pada matanya,
bakal buah yang tumbuh dan berkisah
pada rahasia yang menjaga celah.


1
Tuhan, hadirkan aku hijau lagi,
pengertian yang sembunyi di malu daun suji.
menyingkapku sebagai tepi.
ditempat pertama dia datang,
sebagai lengan kekar membawa riwayat sampan,
mengajakku berlayar, menyelam laut belukar.

lalu pelan tubuhku menguning,
luka bakar itu ia kecupkan penuh sabar dikening.
tunggu aku, katanya.
sebelum ia mengubah diri jadi kaki lentik;
tualang lebah madu.


2
dan pertemuan, sebagaimana padat aliran hujan,
buih yang riuh mengucurkan curah
saat langit terseduh, panas tanah terbakar peluh.
kerinduan. ingin sekali saling bersentuh.
meski rintang ranting teramat licin,

ketika sengauku lebam daun. ingin berpegang embun,
titik pertemuan yang jernih,
yang kuharap mampu mengupas perih demi perih.
bersabarlah, rutuknya.
aku menggigil menjahit luka-luka
yang mengalir dan mengalur,
dari kening ke mata.


3
Tuhan, putuskan ceritaku,
yang diuntai rafia, mengikatkan diri pada telinga,
tak bisa lagi mencangkangi suara.
jatuh, jatuh jatuhkan saja aku ,
dari tubuh hijau-kuningku,
tak bisa lagi menengadah
menjadi riuh kecambah.


akhirnya surat itu sampai pada Tuhan,
yang maha membaca tahun-tahun
serat buah-buahan.
kulit paling jauh dari ingatan




gambar dari sini

CERITA DARI TETUA KAMPUNG KAMI (proyek sanggar suluh )


CERITA DARI TETUA KAMPUNG KAMI

inilah cerita buah paling sulung
yang dihadiahkan hutan dan gunung.

buah yang mesti kalian jaga,
simpan di kanan dada.

sebelum kalian, kaki-kaki penjinak mendung,
riap, dan meninggi.

memasangkan simpul pelana
dan buhul sanggurdi.

mengejar bayangan sesat
pencuri kiblat.


buah yang tiap hari menghijaukan pandangan,
membubuhkan selisih, antara jernih dengan buih,
dan menyapih tiap ketakutan dari puting susuan,
agar lengan kalian tegas menggenggam rotan,
menyibak rukam demi rukam sepanjang rintisan.

inilah cerita buah paling sulung
yang dihadiahkan hutan dan gunung.

yang tak genap dikandung
duapuluh larik rahim talibun.

kalianlah bekam,
niat sembuh segala sakit dibadan.

yang akan merawikan tiap tikungan diam-diam,
mengingatkan akar agar erat
mencengkeram bubungan,



buah yang tiap waktu membeliakan pendengaran.
menjaga bunyi dari gaduh dan jahat selembubu.
menyesap seluruh keringat bulir padi, tiap bebatang umbi.
di pinggang, di selungkang sebagai candu.
sehabis kaki dan lumpur bergulung.
mengaduk, menyemai, dan menundukkan
musim yang makin sulit diukur.


gambar diambil dari sini

KISAH BIJI EMBACANG


KISAH BIJI EMBACANG

yang dibakar nila,

repik simpuh temaram tua

ingkar ini, taklukan ladang,
semak lebat kemungkinan

kemilap jernih, ekor itik putih
memilih seberang,
meninggalkan didih cangkang :

(aku dan adik perempuanku)

buah dan buih
tergantung sepanjang jemuran,
kering oleh teriknya erang

ia tanggal muda yang jatuh dari dahan,
tak mampu menampung madu,
yang hujan dari mata bulan.


aku tanggul tipis menahan gerak jam
dihantam sepukul demi sepukul.
untai, lepas dari simpul.


kami ingatan, pernah disayang hutan,
sebagai kecil bebiji embacang,
tumbuh subur, di tanah gembur,
dirawat dengan dada yang sabar.

kini dibesarkan,
oleh kehilangan demi kehilangan.

--AF kurniawan--


gambar embacang saya ambil dari sini

puisi puisi AF kurniawan : Antalogi Sastra Pawon


KITA SULIT PERCAYA PADA TIGA UNGKAPAN LAMA

1//
padamu, nasi kemarin yang terlanjur menjadi bubur,
barangkali kau bisa bercerita padaku,
tentang keriput daun telinga gajah di samping rumah.
betapa rajin ia meminta ijin,
mengintip dari celah pohon ramunia.
masa kecil kita saling berlomba.
menggambar bentuk kubah diatas tanah.
berkejar-kejaran.
mengkotak kotakkan harta warisan.

2//
padamu, air dan minyak yang saling berpunggungan.
yang tak bosan dipermalukan kiasan.
adalah jarak,sengaja hadir menguji kesabaran.
menghasut kalian untuk terus menajamkan pedang.
padahal, pernah suatu malam di pelabuhan.
kalian sama-sama memanggul.
berat jam yang berisi pukul demi pukul.
membuat penahan air pasang sepanjang tanggul.
syahbandar tak tahu menahu.
ia sibuk menghitung berapa jumlah lokan yang hilang.

3//
padamu, lengan pendek yang ingin mengumpulkan gunung.
sudah berapa kali jari kemustahilan,
menyembunyikan tanda sama dengan diantara hitungan.
agar kau habis tenaga.
menyerah.
lantas mengembalikan segala kesimpulan.
kepada semua buku-buku pengetahuan,
yang kau pinjam dari rak perpustakaan.

tak kumengerti kenapa kau lebih memilih percaya,
pada suluh yang enggan berbicara.
terus saja mencabuti ganggang
rungkut yang berkelindan di jelujur jiwa.

***

PARIBAHASA SEBENARNYA TELAH MENGURUNG KITA

sengiang perumpamaan,
yang merasuk dan memberi keturunan,
pada getah tetumbuhan di ladang.
kita terus saja mencari letak sumur tua,
tempat pertama kali langit menjatuhkan biru,
kedalam mata, hingga selalu keliru mengeja usia.

sedalam lubuk ditinggalkan ikan-ikan,
kini jeritan,
mencoba memindahkan segala bayangan.
ke sungai, tempat beberapa pertanyaan,
pernah dulu ditanggalkan para danyang.
mereka terlanjur menuduh kita pencuri.
mengambil sembilan puluh sembilan warna
milik hujan dan matahari.

***


KEPADA ADIKKU
:dewi citra sari

lihatlah tubuh ibu dik,
tempat debu dan jutaan pisau membuatkan lubang besar bagi suara kita
hingga kita leluasa teriak,
memainkan robot-robotan dan boneka.
betapa adil ia menjatahkan-jatuhkan air susu,
tak pernah membiarkan mulutmu mulutku
mengering-erangkan puting kiri atau kanan.
bayang atau kenyataan.

lihatlah jemari ibu, dik
mesin jahit yang sabar menyatukan cahaya,
serekat warna bendera,
yang kita tatap sepanjang upacara.
sambil berdiri.
tegak lurus memasang tangga ke matahari.

betapa ia telah patahkan hal-hal penting,
yang lapuk dan rusak sekeras angin
memetik daun kering.
menjauhkan pipi merah jambu kita
dari bisa.
dari muslihat rencana.
dari asin airmata.


REMANG KEMATIAN

sebelum mengucap selamat jalan,
aku ingin mengecup ratusan mayat
yang selama ini hidup di dirimu.
lalu dari jauh , kau bisa melihat luap tangisan
yang mengucur dari lubang-lubang di pungggungku.

punggungku yang berkeras membangun panggung.
mementaskan gaung dan mendung.
kesedihan-kesedihan yang mengaku sekandung.


SURAT IBU UNTUK AYAH YANG BARU BISA KUBACA SETELAH AKU DEWASA

untuk engkau, halaman tebal buku mataku.
yang menerimaku sebagai kalimat pucat.
dengan lengkap raga
yang tak pernah ditumbuhi ragu .
kau karat ranjang,
menunggu kaki mimpi berpulang.
terus membuka pintu,
barangkali suatu malam sepasang lampu
diingatanku, akan menemuimu, dengan tungkai telanjang.
menanam di kamarmu,
terang demi terang.

kedatangan ini kupanggul dari alamat jauh.
bergaun kabar dan debar.
berdandan samar dan memar.
wangi lumpur
yang menempel di nisan nisan kubur.

pelan-pelan, kumasuki tiap suara,
yang berdiam di telingamu.
disana kulihat, bibir anak-anak kita,
sedang belajar berbicara.
sedang berusaha mempercayakan diri pada dusta.
kaukah yang mengasuh segala bunyi ini ?

bunyi-bunyi yang akhirnya piatu,
berjauh dari puting susu.
luka- luka lidah kulihat merekah.
saling membentur, saling berkelindan.
seperti lengan-lengan kecil berebut mainan


nb : selamat ya, buat diri sendiri !



klik disini untuk mengetahui karya siapa yang masuk dalam antologi

puisi puisi saya akhirnya muat di ANTOLOGI SASTRA PAWON

Para kontributor edisi pawon kali ini :

Aku dan Angka 18:18
Cerpen Saiful Bahri

Camelia dan Seberkas Dusta
Cerpen Ir. Bambang Sukmadji

Cerita Tentang Coklat
Cerpen Santoso Rukatam

Hidup Ini Indah, Bapakku Sayang!!!
Cerpen Made Kartika Sari

Perempuan Sunyi
Cerpen Gendut Pujiyanto

Puisi-puisi Effendi Danata

Puisi-Puisi I Putu Gede Pradipta

Puisi-puisi Prayuda

Puisi-puisi AF. Kurniawan

Puisi Puisi Anna Subekti

Sandiwara Humor dan Propaganda Jepang
Esai Fandy Hutari

Sastra dan Kebutuhan Terhadap Orang Gila
Esai Bosman Batubara

Konstelasi Kesenian Tegal, Apresiasi, dan Kaderisasi
Esai Febrie Hastiyanto

Perempuan dan Seksualitas: Tafsiran The Diary of A Young Girl
Esai Sartika Dian Nuraini

Hajat Sastra Khotbah
Esai Bandung Mawardi

Perselingkuhan Lumbini Belum Selesai
Kisah Buku Tria Nin

Sebuah Oase di Taman Victoria
Layar Kata Haris Firdaus

Seorang peranakan yang suka berbicara dan berimajinasi sendirian
Wawancara dengan Mardi Luhung
oleh Han Gagas

Pada Gerimis di Sepanjang Sanggingan
Kisah-kisah dari Ubud Writer and Reader Festival 2010
Reportase Yudhi Herwibowo

Baca Dulu, Baru Nulis!
Kartun Anton WP.

Kematian Harmoni
Kolom akhir Indah Darmastuti






keterangan lebih lanjut bisa di klik disini

DADA YANG KITA TUDING

~ sudah berapa kali gunting memangkas,
alamat alamat yang terikat di kertas.
Ia tahu, sebagaimana engkau suatu kali pernah,
dikecup rasa bersalah.
Ketika puisi pecah

katamu, runtuh reruang tamu,
naungan padah dari segala penjuru.
Telunjuk kita,rumah
yang dulu ditempati kata kata ramah,
kini jadi berebut menuding,
dada siapa yang gagal memasung marah.

Maka aku tekun meski seringkali benang,
retas dalam gulungan sebelum sempat membening,
menatap ketinggian yang selalu jadi pembanding.
Layang layang ini, tuan,
masa lalu kami yang sengaja mengulur masa depan.
Entah sampai kapan ia siap untuk menjatuhkan.
Mimpi mimpi ke kolam.~

- semarang, 26102010 -

kisah yang tak sengaja masuk ke dalam mesin fotokopi


tak perlu lagi patuh pada pepatah,
yang selalu menyediakan rintang dan licin ranting,
yang selalu menjatuhkan kita agar patah.
selalu ada nasi yang membubur,
kesedihan yang lunas ditanak bibir.
kita tercabik takdir.

lalu dengan heran kau tanyakan,
bagaimana sepasang angan bisa saling mengekalkan ?

aku menangkap lanskap pandanganmu,
mendekapkanya pada jeda mataku,
karena bagi kedip mataku yang hidup,
selalu tumbuh julang antara,
bagi sepasang kutub,
bagi cahaya yang rajin membuka dan menutup.
percayalah, aku ingin engkau disana.
merentang bahagia.
itu sudah cukup.

aku memetik pendengaranmu,
yang kadang kabur dalam kabar,
debur dalam debar kedalam telingaku
yang semata liang-liang berisi ngiang.
sesabar gelombang radio dan si penyiar,
menunggu sebuah lagu nostalgia selesai diputar.

... ( dari Sapardi Djoko Damono )

~ jangan mengganggu :
aku, ksatria itu; sedang bertapa dalam sebuah gua,
atau sebutir telur, atau. sepatah kata- ah apa bedanya. Pada saatnya nanti kalau aku sudah dililit akar,
sudah merupakan benih,
sudah mencapai makna-- masih beranikah kau menyapaku, Saudara ?~

(Sapardi Djoko Damono)

USIA AYAHKU

Ia, tak henti dijumlahkan kilau uban//
yang sehelai demi sehelai jatuh menimpa ubin//
terperangkap gigil musim dingin//
begitu cara waktu menabung lubang//
sebelum es batu lelah dan meleleh//
lalu keangkuhan letih dan memilih //
tetes menjadi cairan

SURAT

~ Tuhan, semoga engkau masih Yang maha tahu, tiap malam kutulis surat ini untukmu ~

: berulangkali

ULUL : ITS NOT FAIR

Kakakku : gimana hasil test mid semester kemaren cil ?
ULUL : Yee, belom turun semua lah, kan kurang 2 ari lagi.
Kakakku : O,
ULUL : Kak, kalo misal pelajaran Durusul ama Alqoid nya jelek gimana, kyaknya suseh2 deh test kemaren.
Kakakku : (muka melotot) yaudah, kagak usah sekolah,tar yip bilang ke ayah. Ngapain ngebiayain anak sekolah, kalo tiap ari malah tambah bego. Mubadir.
ULUL : Yaelah, belom aja ketauan hasilnya udah nyemprot duluan,
kakakku : lha ,salah sendiri tadi nanya.
ULUL : Trus, kalo misal semuanya dapet diatas nilai 80 ,Ulul dikasi hadiah apa ? ?
Kakakku : ( ngupil,pura2 kagak liat,pura2 kagak denger )
ULUL : Hey, kak, pa an hadiahnya ?
Kakakku : eng, eng, ya liat aja dulu hasilnya.
ULUL : Tuu kan, giliran dapet jelek, lgsung di omelin. . ,

~ dirumah ini kagak ada yang namanya sistem award and punishment~ yang ada cuman omelan muuuluuu. . ,au ah. Selalu aja kek ginih.

( tulisan diambil dari dialog yip ama ulul petang tadi )

SAJAK YANG SAMPAI SUBUH TADI BELUM JUGA JADI

// kau makin merah//
matang buih, menyembul diantara daun yang dipenuhi buah// tak tergayuh lengan lidahku//
yang pendek dan berpeluh//
ketika nyaris selangkah kita bersentuh //

ah//

ULUL ABIS DISETRAP UZTADZAH

Hari ini saya libur, so dapet jatah anter jemput si monyet kecil ulul ke madrasah, pagi nya pas berangkat sih aman, ga ada kejadiaan yang bikin dongkol. Ee siangnya giliran njemput, alamak, tu anak ditungguin ga keluar keluar, ampir setengah jam nungguin tu keturunan manusia purba baru nongol bulu nya. So pasti, dengan tampang full nyebelin ngga punya dosa.

Saya : lama banget,nyil( saya perhalus dari ucapan nyet~red)

Ulul : biasa kak, kena setrap uztadzah.

Saya : (glek, disetrap, dianggep biasa?Edan!) ,mang ngapain lagi kamu nyil?


Ulul : Kagak napa napain, uztadzah aja yang sok bener, biasa, murid selalu dianggep ga bener, like dis, like dis.( jibrak jibrakin jilbab )


saya : mang napa, heh ? ? ( rada emosi juga )

Ulul : tadi, pelajaran SAINS , ztadah nanya, bebek tuh betelornya kapan ,ma anak2. Nah,di jawab ma rahmalia, 4 hari sekali. Trus ztadah bilang lagi, ada yang mau ngejawab lain nggak? Ya ulul langsung tancep jari. . .


Saya : kamu jawabnya juga salah kali nyil .

Ulul : kagak, menurut hati nurani mah bener.( nyengir )

saya : mang kamu njawab apa ?

Ulul : suka suka bebeknya. ( muka bego banget,sumpah )

saya : ( gubrakh, nabrakh tong sampah depan madrasah) hiihh.

NITIP CATETAN : MAKING BREAD

1. DOUGH MAKING ~ pencampuran seluruh bahan ( gandum,ragi,air,garam,+ bahan penyusun lain )

2. BULK FERMENTATION~ proses peragian adonan untuk menghasilkan gas CO2.

3. KNOCKING BACK ~ pemukulan ringan pada adonan untuk meratasamakan suhu, dan mengurangi gas CO2 setelah masa fermentasi

4. SCALLING AND MOULDING ~ penimbangan dan pemorsian adonan dalam bentuk kecil kecil atau sesuai keinginan pembuat.

5. FINAL PROOF ~ pemeraman terakhir, dimana adonan mencapai titik maksimum dalam fermentasi.

6. BAKING AND HUMIDITY~ pembakaran roti, setelah proofing di titik maksimal dalam hal bentuk, lapisi roti dengan adonan egg wash, agar mengkilat.

7.COOLING~ proses pendinginan roti setelah dikeluarkan dari oven.


- selesai -

OPIUM

Something in between//
i put my head beneath the shower //
hearing theres a milky childish bark // both ears have been sent nightmare from a dark// a hand in my head//
a head in my heart//
else dissapeared//


- glow am i ? -

ULUL : Kakakku jadi hantu

Kakakku nggak tahu kenapa sekarang jadi lain,sering marah marah, padahal aku cuma nanya pe er matematika tentang menentukan sudut dari jarum pukul 02.00. Aku jadi takut. Aku jadi ngerasa minder kalo mau nanya, terus aku nanya siapa lagi? Dirumah, cuma dia yang biasanya punya waktu dan mau ndengerin cerita ceritaku pas di kelas, nemenin aku ngerjain prakarya, nganterin beli kertas pita ato isi pensil mekanik di toko 2A. Tapi sekarang kakakku menakutkan, kalo aku cerita diem melulu. Kalo aku nanya bawaanya marah terus, padahal aku nanya kan karena aku nggak bisa ya? Huh sedih, iya ,aku tahu kakak capek. Aku tahu kak, tapi jangan marah marah terus dong sama ulul.

( ini adaptasi dari ketikan ulul di laptop, anjrit, adakah yang berubah dari diriku Lul? Sori, aku lepas kontrol)

NASEHAT TERAKHIR IBU

~dalam sekarat, ibu menggenggam tangan kecilku,tanganya seperti kanopi.Dingin,pucat.Lembab. Ingin menjauhkanku dari dendam hujan. Dalam sendat nafas ibuku bilang :

jangan cemas anakku, setelah ini kau akan lebih sendiri, jangan takut, terhadap dunia yang sempit dan enggan menampung kita. Cari, kejar, milikilah ilmu. Karena sungguh nak, keluasan ilmu, mampu menampung dunia.

bibir ibu bergetar, habis itu diam. Diam yang amat panjang. Ia memberi aku sebuah kehilangan.~

Sihir. Saya, kamu, dan sihir itu

~Atau jangan jangan kamu, yang menyihir saya jadi babi? Udah babi, buta lagi. Tapi tak perlu berdebat, ini adil ato tidak Na,ini imbang ato timpang. Kamu tetep aja sihir babi, yang selalu saya rapal malam malam deket kolam. Nungguin kamu jadi potongan bulan. Jauh. Iya. Ironis. Iya. Mustahil? Ntar dulu, itu hal yang laen yang tak bisa saya jawab buru buru.

Babi.Sihir. Potongan bulan. Kolam.

Kelak Na, kalo bulan keliatan, aku mesti kemana ? Terbang ato berenang ?~

TENTANG JAM TANGANMU

~ sebelum waktuku mengenal jam di tanganmu //
ia merasa sering jadi bulan-bulanan//
masa lalu, masa depan//
kini ia berkata kepada engkau ;
seusai kuhentikan semua ini ,//
maukah tanganmu menyimpanku sebagai detik yang mati? // ~


(nota : sajak yang buruk berusaha ^meyakinkan^ pembacanya, memaksa untuk mendengar pasif, dan cenderung mencoba menyelesaikan masalah -- Sapardi Djoko Damono)

OH TOLONG , SAYA INSOM-INA !

~Mata saya kamu.
Idung saya kamu.
Telinga saya kamu.
Kulit saya kamu.~


kamu siapa sih ?

catatan : insom-ina, bukan penyakit biasa.

SEIRIS PAPRIKA DI MAKAN MALAMMU ( ISENG-ISENG )

~ ia seperti sengaja menepi // menghindar dari pisau-garpu ; pengerat sepotong petang// berhari hari mengais jurang dari selokan ~


~ ia seperti kelepak kupu patah sayap // menghindar dari jerat dan pekau yang mendekat; pengerat sepotong isyarat // berhari hari mengais jeda dari ketika ~


(ket : bait diatas terdiri dari dua bagian, bagian pertama saya sendiri yang bikin, nah bagian yang kedua versi orisinil nya nengmetty , yang ga tau kenapa begitu lebay, ngaku dirinya emang dari orok dah gape bikin puisi. . ,weekz =p )

SATU SATU MILIKKU YANG BERPINDAH KEPADAMU # 1

~ sejak suaraku mengenal telingamu// ia ingin kau simpan sebagai keheningan//tak peduli, meski yang cuma bisa ia lakukan//, menulis puisi dan bicara dengan diri sendiri//~


~ sejak bayanganku menemukan tubuhmu// entah bagaimana awalnya, ia tiba tiba berkhianat// meninggalkan jauh tubuhku// menempel di tubuhmu// katanya, ia ingin kau simpan sebagai perbedaan ; selisih terang dengan remang//~

SAJAK YANG KUBACAKAN DI DEPAN MAKAM IBUKU, ADALAH SAJAK YANG GAGAL TERMUAT DI SEBUAH KORAN ; muat di kompas.com edisi selasa, 18 sepetember 2010

SAJAK YANG KUBACAKAN DI DEPAN MAKAM IBUKU, ADALAH SAJAK YANG GAGAL TERMUAT DI SEBUAH KORAN

kubawakan lagi pada telinga ibuku yang menghadap telingaku.
panggung besar, disana ada aku dan getir sajakku.
cahaya sorot dari biru ke merah hadir bersamaan.
rungkut bambu, pekat setanggi, bebunyi sitar.
menghisap pucat malam menjadi latar.
memberi kami kesempatan,
sepasang bangku, untuk saling bertukar ketakutan.
aku memberanikan diri,
mendorong sajakku berdiri.


//oleh pekarangan,
aku ditampik sebagai sebuah kedatangan.
masih pelepah enau.
yang hijaunya belum terlampau.//


//oleh koran harian.
aku ditampik sebagai sebuah bacaan.
sekedar kalimat baru
yang belum tersapih puting susu//


kadang aku melihat mereka,wajah duka penyair kita ,
yang kuakrabi berpuluh tahun
sebelum sajakku lahir.
ook nugroho, joko pinurbo.
kurnia effendi, hasan aspahani.

jejak pelayat yang begitu kuhormati,
merawikan bergantian kematian paling sunyi.
sajak mereka sungguh-sungguh dalam berdoa,
menjernihkan tubuh ibuku dari kerumunan bisa.

***

AF. KURNIAWAN
kampung Layur, september 2010.

PERIBAHASA JANG KOENO

-- diberi sedjengkal hendak sehasta, beroleh sehasta hendak sedepa .
hati gadjah sama dilapah, hati koeman sama ditjetjah --


( ini gara gara saja habis soedah membatja kamoes koeno jang diterbitkan oleh oeniversitet indonesia, jang disana tertulis tahoen diterbitkanja ini boekuoe tertera angka jang mengatjoe 1952, saja teroes terang tidak saja seroepa monjet keparat habis terpingkal pingkal , padahal beloem selesai mata saja membatja kata pengantarnja, alangkah loetjoe tata kata jang digoenakan pada tempo itu)

he he he.....


** gambar terseboet jang diatas saja sengajakan unduh dari tempat ini

MALIN KUNDANG : muat di SUARA MERDEKA , minggu 29 agustus 2010


MALIN KUNDANG

bukankah seperti ini ibu,
pernah kuyakinkan padamu.
tentang rambutku yang jatuh dekat dermaga,
tentang bau tubuhmu, nguar dari pelepah kayumanis,
cengkih dan kapulaga.
ah, ingin sekali aku mengantarmu.
melewati geladak kapalku.
memasuki bilik dan serambi yang dimiliki jantungku,
cuma terpasang gambar hitam putihmu disana.

andai saja, jarimu tak tergesa menunjuk-nunjuk.

bukankah seperti ini ibu,
cat belia yang dikirimkan senja.
kau duduk disamping jendela,
menyaksikan jasadku terbungkus tembaga.
makin teliti tanganmu menjahit.
pangkuan berisi lengking dan jerit.
sampai akhirnya aku diam.
tak pernah lagi berisik.

ibu, berhentilah menangis.


semarang, 13 Agustus 2010





**gambar saya pinjam dari sini


Mampukah kita Ina

ssssttt, udaaaah, jangan  lagi  meriang meriang, 
makin  kurus  tuh  badan, yang  ada  sakit sakitan  mulu
tiap  malem  ngengigauin  imam,
seandainya  datang  imam,  yang  bisa  memimpin  kamu  sembahyang.
sambil  nunjuk  nunjukkin  3  jari  aku  bilang :
sebentar  lagi  kok,
cuman  tinggal  segini  doang.
lagian  kamu  udah  tau  kan  bagaimana  cara  " meng IKHLASKAN " ?


bebasin  diri ,  merdekain  hati.
ia  tahu, masing  masing    nama  kita  ngga  geser  kemana-mana,  ina.
ia  tahu  takaran  paling  proporsional  ntu  kek  apa.


sekali lagi : Puisi puisi saya nampang lagi di KOMPAS.COM, terbit selasa 24 Agustus 2010

BAGAIMANA MERAYAKAN KESEDIHAN

tiap pagi kita temukan bau hangus,
tiap pagi kita temukan serpihan abu.
dikamar.
ada saja salah satu dari percakapan kita yang memar,
seperti habis bertukar dengan kata-kata kasar.

berkali kali ini kita bahas,
licin sudah kuas.
menyapu debu dan getar haru.
bagaimana kita merayakan kesedihan.
sayangku. aku kehabisan cara,
selalu gagal membakar airmata.

*** ***



JARAK

pernah ia minta pada kekasihnya
untuk menghisap sekat.
kekasihnya berkerut kening; untuk apa ?
ia cuma cekikikan,
agar bau badanmu bisa kuikat.
agar kalimat kita bisa saling berhadap.
wajah kekasihnya,
yang menyimpan petasan dan kembang api itu,
tiba-tiba merayakan malam tahun baru.


ia,kekasihnya itu,
betapa mati-matian menghimpit jarak,
mengubah tiap kilo kedalam mikro,
mengatur sendiri skala yang telah dibuat manusia
tapi betapa sunyinya ia,
betapa pipihnya dunia.
tak ada lagi siapa-siapa.
selain ia serta kekasih yang terlanjur terkurung,
dalam rongga iga yang melengkung.


**** ****


waaaw .... bulan !, kalo jatoh pelan-pelan yaaak, biar saya saja yang tetap jadi katak melompat menggapaimu.



( salamsuperduper dari wisanggenikecil.

ehem, terimakasih teman teman yang selalu mendukung saya ,

terimaksih telah ada untuk saya, terima kasih telah mengijinkan saya menjadi bagian dari kalian .)





RUMUS LAIN


RUMUS LAIN.


1//
Jika jarak adalah hasil kali
waktu dengan kecepatan.
maka cinta adalah hasil bagi
antara rasa menang sendiri dengan sisa kesabaran.
ia tak terikat sedang menjauh atau hampir mendekat.


2//

konstruksi bidang segitiga,
menurut para cendekia merupakan
teori terkuat penyangga beban,
melebihi kuasa setengah lingkaran
maka para tukang batu dengan penuh iman,
segera membangun rumah,
menara
dan pusat perkantoran.
barangkali cuma cinta, yang melulu rubuh.
ketika konsep segitiga diterapkan.
tak berdaya berebut perhatian.


3//

jumlah air dalam gelas,
akan berkurang persis seberat batu yang ditimpakan,
sementara sisanya berceceran.
maka cinta, selalu saja stagnan.
seberapa ratus ia ditimpa kesalahan.
tak ada sisa.
tak ada jerit kesakitan.
yang ada cuma keinginan memaafkan.


4//

berabad-abad lampau, manusia berlomba.
membangun kapal dan melakukan ekpedisi.
mencari bukti sebulat apa sebenarnya bumi.
ya, mereka berhasil.
buktinya, kapal mereka tanpa berbalik arah,
berangkat dan pulang di dermaga yang sama.

sejauh ini, belum ada yang berani memperkirakan
cinta sebenarnya seperti apa.
ia lurus atau melengkung
ia rona gembira atau airmata
ya, semua gagal. buktinya, tak pernah ada yang tahu
memulai dan akan mengakhirinya dimana.


catatan : ini sekedar hipotesa pribadi,
kelak pasti akan ada yang memperbaharui. tralala trilili,......


*gambar diambil dari sini

heran  aja,  saya  makin  nyaman  dengan  bermalas malasan.

KURSI RODA MILIK PEREMPUAN LUMPUH DI SEBUAH PANTI

perhatikan pohon mahoni disana, kekasihku.
dulu kau pernah menanamnya,
seperti menanam kegembiraan usiaku,
tepat di bawah telapak kakimu.

setahun.
dua tahun.
tahun berembun.
sampai kita tersadar.
sebenarnya tahun tahun
tak pernah
menggelembung
dari firman tuhan.


tahun tahun lahir dari punggungmu,
yang tak pernah berpaling dari tulang igaku
sepanjang pagi siang malam,
mereka erat dalam pangkuan.


kini, bisa kau lihat senyum anak-anak kita,
yang terbit dan tenggelam dari pigura.
menjenguk, membawakan pertanyaan.
yang itu melulu.
alangkah membosankan.


setua ini, kenapa masih bertahan untuk sendiri ?


kita jadi kecut, saling pandang.
tak tahu siapa yang mesti menjawab mula-mula.


punggungmu,
atau igaku lebih dulu.



... ... ...

saya sangka ia nenek saya. semarang juli 2010.


gambar diambil dari sini

AF kurniawan :Kompas.com-- Rabu,4 Agustus 2010

MATA IBU

#1

mata ibu tiap sore jadi pelangi.

seharian ia masukkan beragam warna

dari kotak televisi.

warna warna itu adalah baju dari

tiap program mata acara.

kilas berita.

dan selingan pariwara.

aku jatuh hati pada mata ibu.

mata ibu mengingatkanku pada

dongeng perselisihan hujan dengan matahari.

andai saja,

ibu juga paham,

bahwa perselisihan bisa diakhiri

dengan semburat keindahan.

tentu ibu tak mungkin meminta

pada ayah untuk diceraikan.


#2

mata ibu menjadi buku di malam hari.

lebih letih dari tiang lampu jalan raya.

yang berbagi penerangan

pada pejalan kaki,

maupun pengemudi kendaraan.

sengaja ia masukkan

berbagai macam halaman, judul koran,

daftar isi, indeks, bibliografi.

juga sedikit kalimat yang disadur

dari ungkapan lisan.

jadi manusia itu mesti berilmu,

demikian sering ia ucapkan padaku.

aku jatuh hati pada mata ibu.

mata ibu mengingatkanku pada sebuah dongeng,

tentang sebuah kutukan yang berakhir karena

dua tokohnya saling memaafkan.

andai saja ibu mengerti,

bila menerima kembali juga bagian kebijaksanaan.

ibu tak mungkin menyimpan dendamnya pada ayah

sampai pangkal tenggorokan.



***



puisi 'MATA IBU" diatas adalah salah satu puisi saya yang numapang nampang di kompas.net. diterbitkan rabu, 4 Agustus 2010.


ah, katanya, garis adalah semacam bangunan yang terbentuk dari jutaan,milyaran titik titik kecil tak terlihat mata,

tapi petang ini, kenapa ya , saya bisa melihat titik mikros itu sebesar boneka : indah banget...



klik disini buat yang ingin melihat puisi-puisi lain yang numpang nampang di kompas.com itu.







MABUK

kau dimana //
aku berpesta dengan sendawa//
haik//
hujan makin kilau//
menjatuhkan pisau demi pisau//
haik//
berdiri. sempoyong lagi//
berdiri.sempoyong lagi//
haik//
akhir perlawanan//


hujan-hujanan//



semarang. dikamar.


kau tak tahu,
sakitnya mata yang terlanjur dihuni sepasang insomnia.
-- SEPERTI INI --

biar mereka bersenyawa


satu penyakit tumbuh dari lidahmu.
rasa ragu.

satu obat kujatuhkan dari atap bibirku.
kata tanya.

lihat....
betapa mesra mereka kini bersenyawa.


*gambar diambil
dari sini



dongeng kecil dari dalam lemari (2)

gantungan kunci berbentuk kepala Pinokio.

pak, orang-orang tak pernah mau percaya.

saat kuceritakan bahwa aku anakmu.
mereka bilang,
aku cuma kutukan yang dikirim
oleh kayu-kayu dari hutan.
benarkah begitu pak ?

aku sedih.
kadang aku menangis didepan cermin.
kenapa,
kenapa anak seusiaku yang lain memiliki ingatan
sementara aku dicukupkan mengetahui masa silam
dari kebohongan.


pak,
lihat.
lihat dan perhatikan hidung panjangku.
yang mampu menyerap debu-debu.
yang mampumengungkap bahasa para peri labu.
kian panjang.
tak tuk tak tuk tak tuk.
kau kah itu yang menatal hidungku ,
kebohongan dan kejujuran kini
bergantung pada bunyi palu.



patahan lipstik.

bibirmu selalu resep yang kurang.
tak pernah sesuai takaran.
aku menjadi dapur disana.
memanggang apa apa yang bisa membantu bibirmu,
berasap sehangat dulu.

kertas kubakar.
plastik kubakar.
kayu kubakar.

bukan.


ini buakan acara kremasi.
atau pengkhianatan api pada sri rama,
saat ia ingin membakar shinta dengan curiga.

cuma rasa berkabung.
cuma keinginan ejakulasi yang selalu dibendung.

kadang kegagalan seringkali
menghadirkan posisi tawar menawar.
sengit.
pahit.

aku teriak.
kau membentak.

berlomba mengajak mulut mengumbar
semua suara dari pasar.

bersama mengajak lidah
menelan barang pecah belah.


*gambar dari sini




Peniti


:kepada baju

menjalani ikatan denganmu, kekasihku.
adalah gelombang acak emosi.
hingga aku menjadi kening anak kecil
yang butuh obat penurun demam.

kadang aku hilang percaya diri,
maklum, aku pipih meski terlahir sebagai besi.
terus terang, aku termakan bisikan
orang orang di jalan.
mereka berujar,
peran utama lebih bisa dikenang
daripada peran pengganti.

oh, kancing kancingmu itu.
yang berwarna beludru.
yang menghisap perasaan cemburu
dari kepalaku.


tapi katamu,
tak perlu berteriak pada sutradara.
tak perlu memperparah perbandingan
dengan barang substitusi
apalagi ukuran.


aku, bisikmu lagi.
masih lekat begini, karena engkau mau.

tapi,
sampai kapan ?
kusimpan rasa gamang dalam rapat jahitan,
kekasihku,....




saya tahu

sayaterusberlaritanpahelatanpaspasi.

-- karena saya tahu,
kamu masih menginginkan drama yang lebih panjang dari ini--


semarang 21 juli 2010.