perjalanan

Ping,
untuk keberadaanmu,
guratan peta yang hilang dan kemudian tumbuh di kuncup bambu.
kolam kolam asing,
terminal,
stasiun,
bandar udara,
tempat urutan huruf namamu di pakukan dengan khidmat,
pantas saja,
selama ini jejak sepatuku dijauhkanya dari huma,
berakrab kekosongan.
tanpa sudut yang saling menemu.

Ping,
belum juga kurengkuh bahasamu.
Padahal akulah yang habis menjadi penanda banyak lipatan buku,
majalah,
koran,
gelisah raut tercabik tajam intelegensia.


Kini masih debar yang debur mengenang kebijaksanaan,
kini tetap jerit yang jerat mengukuh di dasar pemahaman.

aku yang tak mau lelah mencarimu sampai ke seberang.
ping.

Tidak ada komentar: