Bisikan hangat dari ibu

Nak,kemarilah ,
biar kulihat luka dilututmu dan pelipismu itu,
kata teman teman mu kau tadi terlalu asyik bermain seharian mengejar layang layang, berlari terus tanpa memperdulikan teriakan temanmu agar hati hati di jalan, tak menggubris segala resiko akan terjatuh dan terantuk batu.Teman temanmu telah berusaha mencegah ,jangan, jangan lewati parit itu,terlalu berbahaya, selain berlumpur , dalamnya banyak tajam kerikil. Tapi apa katamu, tidak, layang layang itu menawan ,gambar merak berekor panjangnya terlalu indah untuk tak dimiliki, dan kau melompatinya juga.Dan kau nekat akhirnya.Sampai kakimu yang kiri tersangkut benang gelasanya, tubuhmu terjerembab , lumpur menerimamu sebagai hadiah mungil, kerikil membuat pelipismu tersayat meluka.
Untung saja teman teman kecilmu berbaik hati , memapah dan mengantarmu sampai rumah. Mereka bilang agar jangan memarahimu ,karna itu bukan salahnya bu'.
Ibu berdehem sembari mengucap terimakasih.Persahabatan yang tulus memang begitu , bahkan disaat jatuh karena ulah nakal sendiri mu pun mereka membenarkan.Dasar anak anak yang manis...

Sekarang kemarilah,
kau tak boleh menangis,
jangan menunduk seperti itu anakku.
Tidakkah ibu tidak sedang menghardikmu,tidakkah suara ibu terdengar sekenyal padatan susu saat bertanya : mana nak, layangan yang telah kau kejar sampai berlarian lintangpukang ? ? Sampai habis habisan kau keluarkan segala ambisi yang tadi pada temanmu kau katakan jika seseorang ingin sesuatu didapatkan maka ia harus berjuang.
Kamu diam ,tak menjawab, cuma mengulurkan gulungan benang.
Ya ya ya..,
ibu paham, sebenarnya kau ingin bilang : ibu ,meski telah berusaha kukejar , aku tak mendapati layang layang nya, ini , cuma benang panjangnya saja yang mampu kutangkap dan kumiliki.
Ibu tersenyum.Tapi kau sudah berusaha kan?
Tapi kau telah berani memperjuangkanya kan?
Hem, tunggu saja anakku, mungkin si layang layang tersangkut di ujung pohon waru.
Hingga yang perlu kau lakukan adalah pertama menunggunya turun melayang jatuh ke tanah, atau kamu memanjat pohon waru untuk mendapatkanya.
Tapi jangan sekarang,
lukamu masih basah , kekuatanmu belum benar benar pulih.
Aku mengurut luka pelipismu dengan getah tanaman awar-awar.
Kamu meringis , periih ibuu...
Iya ibu tahu kesakitanmu, tapi rasa luka memang begini.
Rasa gula manis, rasa garam asin, kau sudah hafal bukan nak?
Sini biar ibu tiup tiup,angin anginin ,biar lukanya lekas menggaris kering.

Kau mengerling, mengembangkan senyum :
jadi besok yip boleh mengejarnya lagi bu' ?

Aku ikut tersenyum,
tapi di dada getir.
: begitu hebatnya keinginanmu mendapatkan sesuatu hingga lukapun kau tak mau peduli.

'kejarlah nak,selama nafasmu belum terhenti. . .

Tidak ada komentar: