4 SAJAK EDGAR ALLAN POE* YANG SAYA TERJEMAHKAN BEBAS



Salah satu  yang  saya  lakukan  untuk  bersenang-senang  ketika  liburan  adalah  membaca  sajak-sajak  (berbahasa) asing. Kadang  di tengah  membaca  tersebut  timbul  keinginan  untuk  menuliskannya  dalam  bahasa  Indonesia. Tidak  bermaksud  apa-apa,  selain  ingin  membuat kan  “komunikasi  intim”  bagi  diri  saya  sendiri  kepada  sajak milik  orang-orang  asing  dan  sebaliknya.  Dan  titik  jarak  antara  membaca karya-karya  mereka  dengan  aktivitas  menuliskanya  dalam  bahasa  Indonesia  menjadi  bentangan  sebuah  tempat  yang  menyenangkan. Sebuah  tamasya  bahasa.  Liburan  (baca:  tidak  berangkat  kerja  ke  kafe)  kali  ini  saya  pergunakan   untuk  bertamasya  menelusuri  rawa-rawa, surga,  pantai—laut—bukit—teka-teki   dari  sajak-sajak  Edgar  Allan  Poe.  Ada empat  buah  sajak  yang  saya  terjemahkan  bebas  di  blog  ini.  selamat  menikmati.  


Impromptu - To Kate Carol

Ketika  dari  mutiara  pikiran kau  aku  ubah
Menjadi  utuh  bulatan-bulatan,  hati  kau  bermadah,
Mustahil  aku  tahu  mana  lebih   tinggi  dari   dua  hal ini –
Kilau  pikiran paling  sa—dar ,  atau kilau  mata kekasih  paling  da—sar

[Edgar Allan Poe]



Enigma
Sebutan  paling  bangsawan   dalam  perumpamaan
Yang  bekas  tangannya  tak  mungkin  ditawar oleh  hitungan
Seorang  moralis  yang  memiliki  muka  sopan
Pikirannya  pemajang   palung  ilmu  pengetahuan ;
Penyair  sabar  berlidah  kata-kata  asing
(ini  kita  tahu  dari  cara  dia    menyanyikan  lagu-lagu)
Kecerdasan  dari  seorang  penyair  liris  namun  tak  diakui
Dalam keterpurukan  dan  kejayaaan  abad-abad usia  kita
Ia   pangeran  yang  menguasai keserasian  dan  kegaduhan
Penulis  lakon  kuno  sebuah  kemasyuran
Penyair   yang  mampu  mewarnai  tangan  angan-angan
Dan  ia  yang  lagu-lagunya  mampu mengembalikan  waktu
Sekali  lagi  menjadi sebuah  ingatan kesedihan  purba

JAM TIDUR

Gemetar  kau  menunggu  aku.  Pemeluk  yang  memiliki   banyak  sekali  tangan pelurus  sekaligus  pembengkok  jalan.  Pintu  yang  tak  perlu  diketuk  bagi  yang menyerah. Di  sana  orang-orang  yang  ingin  kau  temui  dan  ingin  menemui  mengadakan  reuni.  Seolah-olah  sudah  begitu  jauh  dilempar  oleh  bangku-bangku  patah dan  mata pelajaran   di sebuah  sekolah.

Tubuhmu  belantara  berisi daun—ranting—cabang-cabang  tumbuhan  aneh   yang  menunggu  aku  namai  dengan  abjad  asing.  Kau  senang  aku  tersesat. 

DUA TERJEMAHAN SAJAK ALLEN GINSBERG*



A  Supermarket  in  California

Pikiran-pikiran  apa  yang  mesti   kupunyai  tentang  dirimu  malam  ini, Walt  Whitman, agar  aku  melangkah  turun  ke  arah  jalan  ke  bawah  pepohonan  membawa  perih  kepala  sendiri—tengadah  ke  arah  bulatan bulan
Diantara  letih  laparku, dan  keinginan berbelanja,  aku  masuki  supermarket berlampu  neon  yang  menjual  buah-buahan,  memimpikan  dirimu  dan  seluruh  perhitunganmu!
Betapa  peach dan  penumbranya!  Malam  ini seluruh  keluarga  berbelanja! Lorongnya dipenuhi  para  suami!  Para  istri  di antara  alpukat  dan  bayi-bayi  di antara  buah  tomat!  --- dan  kau, Garcia  Lorca,   apa  yang   engkau  perbuat dengan  semangka-semangka  itu? Aku  melihatmu,  Walt  Whitman, kekanakan, pendobrak tua  yang  kesepian, mencungkil-cungkil  daging  dalam  kulkas dan mencoba  menarik  simpati   lelaki-lelaki  remaja  penjaga  toko. Kudengar  kau  menanyai   salah  seorang  dari  mereka; siapa  membunuh babi-babi  ini? Berapa  harga  pisang-pisangnya? Apakah  kamu  malaikatku?
Aku  menyelinap  masuk dan  keluar  diantara   kerumunan  pengikut-pengikutmu  yang  brilian,  dan  merasa  diikuti  oleh  seorang  detektif  dalam  imajinasi.
Bersama-sama kita  bergegas  melewati  koridor  terbuka  dalam  angan-angan  asing,  kita   mencicipi  sayur mayur , kerasukan   makanan-makanan  beku, dan  tak pernah menjumpai  si  kasir.  Sedang  kemanakah  kita  sebenarnya,  Walt  Whitman?  Pintunya  akan  tertutup  satu  jam  lagi.  Jalan  mana  yang  jenggotmu  pilih?
( aku  sentuh  bukumu  dan mimpi-mimpi  oddissey  milik kita  di  supermarket  kemudian  merasa absurd)
Akankah  kita  berjalan  sepanjang  malam  melewati  jalan  yang  sunyi?  Pohon-pohon  menambahkan kepada  kita  bayangan,  menyorotkan  cahaya di  dalam  rumah. Kita  akan  begitu  sepi.

BEBERAPA SAJAK YANG TERMUAT DI SUARA MERDEKA (MINGGU, 21 JULI 2013)



 
sebenarnya  ini  sajak-sajak  lama  saya,  kira-kira  saya  membuatnya  rentang   tahun  2010  sampai  2011  itupun  kalau  tidak  salah ingat.  dan  minggu ini  koran  Suara  Merdeka  memuatnya,  sempat  kaget  juga  ketika  beberapa  "judul kecilnya"  dipangkas (tidak  dimunculkan)  oleh  redaksi,  tapi  akhirnya  maklum,  mungkin  keterbatasan  halaman dan  hanya  mampu  memuat  dua  "judul kecil"  pada sajak  kedua.  dan  di  blog  ini  saya  sertakan "judul  kecil"  yang  terkena  pangkasan  tersebut.  selamat  menikmati  keutuhan.


KAU  TERUS BERLARI DIKEJAR BAB DEMI BAB INI
: Timun Emas

- Tak ada yang lebih raksasa dari kaki mimpiku
yang berkeras untuk terus memburu ribuan senyap sayap
kupu-kupu yang  berterbangan menuju kebun matamu
mata yang ditumbuhi barangkali demi barangkali,
yang membuat jejak perih ketika aku menyibak
rimbunan jarum demi mencari seruas jerami

- Tiba-tiba jalan menjadi tak begitu penting,
ketika bagiku engkau  tujuan dari apa yang
disebut orang-orang yang tersesat oleh persimpangan
sebagai  kekalahan.

- Satu-satunya cara melawan kesedihan adalah tertawa,
satu-satunya perihal yang mampu melengkapi kebahagian
adalah airmata.
itu kubisikkan pada mataku sendiri berulangkali,
sebab tanpa keduanya 

TERJEMAHAN BEBAS SAJAK FEDERICO GARCIA LORCA



Gacela of the Dark Death

Aku  ingin  menidurkan  mimpi buah-buah  apel
mengambilnya  dari  seluruh  makam
Aku  ingin  menidurkan mimpi   anak  kecil
yang  ingin  mengiris  jantungnya  di  muka  laut

Tak ingin  aku   mendengar lagi bahwasanya kematian 
tidak menghilangkan darah  mereka, menjadikan
busuk mulut  mereka menganga kepada air untuk  meminta-minta .
Tak  ingin  aku  belajar   cara  menganiaya  rumput
atau   mencaci  maki  bulan  dengan bahasa mulut  kasar
milik  para  buruh  yang  berangkat  menjelang   fajar

Untuk  sementara  waktu  biarkan  aku  lelap,
sebentar  saja,  semenit,  seabad;

SEKILAS MELIHATMU DALAM FOTO

di  foto-foto  itu. 
laut  dan  pantai 
dan  batu-batu  besar  
memberi  tahu  aku.

MEMAJASKAN KITA



di atas  kasur  ini  aku  membayangkan  jadi  nelayan.  kau  laut  yang  tak  bisa  tumpah. dan  ikan-ikan  yang  menumpang  hidup  dengan  cara  mengapung, yang sirip dan  sisiknya  kadang  jadi  sayap  tiap  kali kau  ingin  mengganti  cerita-cerita  pahit;  menyusupkan  bau  bakau  ke telapak  kakiku  yang  mudah  dijebak  warna-warni  gaun  kesayangan  dayang-dayang  penunggu  terumbu

dengan  sangat  yakin  bahwa  di sini  aku  tak  akan  terbentur,  aku  celupkan  separuh kesadaranku  dan  mulai  mendayung  pasang  ombak  yang  kenyal--  rahasia  tangisanmu  yang  rapat-rapat  disimpan  oleh  genggaman  bantal