maaf rilke. hutan pinus dan kaki panjangmu. kemarin-kemarinmu.
yang bergoyang memilin jaman. yang mungkin tak bisa serta merta aku telan,

mengapung. mengapung begitu saja seolah tak berkeinginan.

BERKHUSYUKGEMBIRA DENGAN BEBERAPA SAJAK TEMAN-TEMAN KOMUNITAS LACIKATA YANG TERBIT DI JURNAL SAJAK


BULAN DALAM OMELET

2 telur+sosis+garam+merica+keju

Kita bisa tenang sebentar disini
Dengarlah,  aku juga bisa mengeja apa yang ditinggalkan tentang suara kenalpot dan bau semua laki-laki di kota yang dilupakan ini, mouse bicara padaku, tenang sekali tentang petunjuk menuju halamanmu, aku membakar rokok dan membayangkan banyak hal mengenai kita sepagi ini, jam 2 tanpa hape dan modem. mereka tidur seperti anak-anak tidur, tapi diluar sana seperti banyak pohon sedang berbicara, mereka pulang pagi membawa banyal oksigen dibalik jendela, aku tak menggigau seperti sms dan telepon yang mungkin saja, kita akan kemana, kemana saja, kita akan sering menonton pertunjukkan, membacakan puisi, menertawakan selendang pelangi, tapi aku tak mau berpelukan seperti asmara dalam marga t, atau seliar ayu utami, cukup ciuman yang gemetar dan kilat suatu sore setelah makan burger atau menyantap  magnum yang mungkin saja, kau akan menyanyikan apa untukku, ini bukan desember atau januari, ini bulan dalam omelet yang dingin, makan malam, sarapan pagi, bukankah aku masak dan makan sendiri.


SAJAK RINDU

Malam makin larut, di jalan kesenangan memantulkan dirinya
pada lampu kuning hati-hati.
Aku mengunjungi mereka malam ini, malam yang mabuk tanpa lagu dan kesenangan kota, lampu-lampu tak redup dari tapi jalanan berubah menjadi rumah ibadah yang sendu, tidurlah yang nyenyak, tidurlah, kita rayakan kemiskinan sampai penghabisan, kulit kemanusiaanmu itu, terbuat dari matahari yang takut padam, tidurlah, debu sudah sabar dalam diamnya, ada laut dalam mataku, rindu yang sempurna tak muat lagi masuk dalam diri ini, apakah aku malaikat atau iblis yang boleh sedih,
aku pulang dan menitipkan setiap doa pada angin

adakah tanah hidup dan mendengarku?



PENINGGALAN KALENDER DI BULAN MARET
untuk sebuah keluarga dusun di wonogiri

I
seketika itu, engkau jadi usia sumur yang sering kali
engkau timba setiap pagi hari sebelum engkau pergi beli
sarapan untuk dua anak yang sering kali
berebut uang jajan sekolah

-waktu itu ternyata air belum langka,
seperti uang-

II
ada arah lain yang merangkai jalan setapak menuju
kebun kopi yang pernah engkau mohonkan pada musim
yang menyebabkannya;
sementara pencuri-pencuri kecil yang tak diduga menanam kesal
pada ranting pohon-pohon anggur di hampir setiap purnama

-kebun kopi milikmu telah berbicara banyak padaku
mengenai arah pencuri yang menyisakan biji-biji anggur
di bawah dahannya-

III
saat bulan belum lengkap dan panen belum genap
pada suatu masa tanggal-tanggal menghitung jarak yang engkau
bilangkan kepada kesederhanaan rindu: pakaian yang senantiasa
engkau tanggalkan di hari-hari telapak-tangan-doamu,
gubuk ternyata tak cepat lupa mengingat tangan siapa
yang lumpur karena doa

saat panen belum genap dan bulan belum lengkap
selalu saja ada lipatan senyum yang sabit berarakkan
dari ladang-ladang ketela menuju pintu rumahmu
tempat kalender berdiam pada kedua pipiku
lalu kubaca salammu yang tinggal di bulan ketiga
: simpanlah kami baik-baik untuk engkau bawa
sebagai tanda dan doa.


2010




PUISI TENTANG ANAK-ANAK BULAN


1.
dulu, anak-anak bulan senang main origami kapal-kapalan
sewaktu penghujan melahirkan arus luapan kali menuju jalan-jalan kampung
lalu ada dolanan jamuran saat banjir tak lagi tinggal pada bulan-bulan kemarau
: di mana ibu mereka sering berdandan dengan begitu purnama

mereka bilang, kapal-kapalan jauh lebih seru dibanding
berpura-pura melingkar bergandeng-tangan menyanyikan
kidung jamuran yang jadul itu

dan bermain kapal-kapalan tak perlu mendiamkan
pura pada wajah-jujur kita.

2.
sekarang, duduk mengendapkan mata pada layar televisi
atau muka-muka kaca digital lebih jadi jaminan hiburan
tanpa perlu keluar di jalanan kampung
mempelajari mainan nenek moyang

    :banjir-banjiran
    kapal-kapalan
    jamur-jamuran

demikian, mereka jadi tahu
tentang ibubulan yang berpindah tempat
mengungsi karena kebanjiran sepi di setiap jalan-malam.

3.
sekian lama duduk belajar memilih
mana channel yang paling baik ditonton
anak-anak bulan sadar; televisi telah mengurungnya
pada kepala mereka

sedang ibu mereka masih saja menyimpan lagu jamuran
yang siaga diajarkan untuk setiap malam
yang bangun dan lelap pada bola-mata mereka.

4.
rupanya, ada isyarat pembicaraan kecil
suatu ketika pada channel nomor satu
mulut mereka begitu nyaring
membacakan tanya dari televisi,

    “hei…hei...
    ada wajah siapa di muka layar itu

    ada bu guru dan pak guru
    yang berdemo di depan sekolah kita
    juga ada alat-alat besar itu

    dan mau ke mana
    bangku-bangku
    papan tulis kita?”

rupanya, tanya menuntun mereka
untuk kembali ke pangkuan ibubulan
supaya mimpi tak meleleh di samping nyala doa.

5.

di pinggiran jalan kampung anak-anak bulan menengadah
berhitung tentang bilangan-waktu ramalan
kapan bisa menemui ibubulan lagi

semenjak mereka rajin belajar mencari arah
tanpa kompas dan peta, ke mana namanya diketemukan
selain dalam rupa ibu yang berdandan purnama lagi

lantas bertanya mengapa kata bulan tak dinamakan, padahal
ibubulan masih setia merancang adegan permainan jujur-tawa-rindu
untuk setiap anak yang lahir dan bermain
di setiap kota-malam di setiap zaman
di setiap nyanyian anak-anak bulan;
          tradisi yang membuatnya ada dan tanda!


2010




CATATAN

Jamuran: permainan tradisional dari Solo, Jawa Tengah
Dolanan (bahasa Jawa): permainan (bahasa Indonesia)




KAMPUS ANAK-ANAK KITA

kepada mereka kita arahkan  lapang nasib  anak kita
yang bergembira dalam menarik langit dan cuaca
kita cuma bisa menghempas bengkok jari-jari
susah payah menuliskan  bagaimana kita  telah lama
menangis  sebagai petani

sejujurnya, mereka menginginkan  kita terus mengisi
mulut  mereka dengan  perigi. sementara anak-anak
semakin  mudah sekali meminta bayangan dari pohon
pekerjaan  kita. seolah-olah kita mempunyai buah-buahan
yang tak akan pernah habis ditimba. telah jauh dan dalam
sekali kemarau mengisi dada kita.

tanpa  sadar, sawah-sawah itu telah lama berpindah
meninggalkan hawa panas telapak tangan kita
yang kini cuma bisa menadah. tanpa lagi mamapu
menunjuk siapa lebih bersalah.

 2012



BOTOL AIR MINERAL

lidahku  masih dililit  lauk di nasi jamblang,
sungguh  kurang  ajar,
padahal  baru  saja  ia  kubebaskan  dari
kutukan  selembar daun jati   hutan

kau  berkisah  bagaimana
hutan  menangkap  para pencuri pohon jati,
yang  licin  dan  sering  kau  umpamakan
sebagai  suwiran  daging sapi
nyungsang diantara gusi dan kuning gigi.

aduh  telah datang pada sepatuku
bunyi kereta  yang  membawa sekotak  jendela, jalur rel,
warna  hitam  yang  kian meriang,
masuk  angin.

kau heran  pada  sepatuku
yang berbeda  ukuran  meski  sapasang ,
tiba-tiba   perbedaan itu  begitu  mahir
saling  menalikan.

ah  sejak  ibu  saya  pergi
rumah beserta perabotnya  gemar sekali
berpindah, rumah  cuma  setia kepada ibu,
katamu, sesekali  melihat  langit
:  halaman maha luas yang  seringkali
kau anggap hutan dengan binatang-bianatang buas.

aku memasukkan  ucapanmu
ke botol air mineral  ukuran sedang
bersama jin yang telah menghidupi
malam-malam milik aladin
bersama  mimpi yang  mudah  dibanting

 2011



PULANGLAH  RAISA

lama-lama akhirnya cerita kami juga akan habis,
oleh engkau  yang menguras kami dengan tangis
kami tak mempunyai lagi yang engkau sebut kampung
kami kini isyarat-isyarat pariwara  belaka. yang  jadi
remah   dan tak cukup kuat  membendung berita utama
di koran dan televisi. itu kenapa  kami jadi sangsi
kepada perumpamaan diri kami sendiri.

siapa yang engkau telepon berjam-jam sambil
meluruskan  rambut di salon?

 mengecat kuku, berkedip-kedip kemudian terjerat
rasa sakit sendiri di cermin. melulur wajah dengan
masker  susu dan bengkoang, sambil terus  membekap
percakapan  yang di hapemu  terasa makin gemetar.
seperti rasa asing yang mencari jalan keluar.

aduh, kami  anak-anak rencanamu yang sungguh kelaparan.
kami  niscaya akan mati   engkau biarkan  dikubur  oleh
serbuan  jadwal yang mesti engkau kerjakan. 

2012



---------------------------------------------------------------------------------------------------

keterangan:

Dari atas ke bawah, sajak pertama dan kedua adalah sajak Vivi Andriani Tanjung yang terbit di Jurnal Sajak Nomor 3 tahun 2012, sajak ketiga dan keempat adalah sajak A. Gandjar Soedibyo--sajak kelima sampai terakhir sajak Arif Fitra Kurniawan yang terbit di Jurnal Sajak no 4 tahun 2012. Selamat bertahun baru, selamat terus menerus merayakan sajak. Salam hangat dari teman-teman Lacikata.
ada suara di luar tak bisa kutentang; 
antara mengetuk dan tidak ada. kau?

(selamat tahun baru 2013)