Aku yang angkuh

(di bukit dan lereng berkabut tangkuban perahu)


Kata katamu membuat jalan sayatan yang amat panjang.
Rusuk rusukku berceceran menjadi pagar.Rapuh.
Tak kutemukan kemistri itu di jiwamu, begitu ucapmu diantara hawa dingin menyergap menusuk nusuk serupa ratusan pisau dapur ,perlahan.
Menguliti lapis demi lapis kegagahanku.
Aku seperti diharuskan mengunyah lembut luka merah ini, menikmati bagaimana perasaan tersiksa itu menyublim .
Syalmu bergerak,
dadaku meledak,
kebun teh di hadapan kita menjadi petak petak gelap berkabut.
Kau menangis,
aku juga, tapi kutahan agar laut kesedihan itu tak tumpah.
Aku mengecup pipimu,
memberi kekuatan bahwa pilihanmu adalah keputusan yang benar (untuk saat ini).

Kamas,
biarkan aku mencintaimu karenaNya saja...

Duh gusti,
jika ini benar takdirmu,
maka aku slalu mengagumi anugerah ini.

Tanpa kata 'meskipun'

Tidak ada komentar: