Tentang penyakit Lupa

Kadang saya ngeri sendiri Tuhan, suatu saat ketika saya Tua, dan Tuhan akan mengirimi saya penyakit lupa. Saya lupa pada pintu menuju halaman rumah saya, saya lupa pada nama-nama jalan yang telah menyediakan kesabaran mereka dan memberi kesempatan saya tumbuh menjadi pepohon yang selalu angkuh tegak di pinggirnya. Saya lupa pada aliran panjang dari sungai yang dengan kebaikanya telah memperkenankan saya mandi serta membersihkan diri berulangkali. Saya lupa arah menuju ke suatu tempat, yang meskipun sempit, namun senantiasa membebaskan keinginan saya dalam berdoa, dalam memaki, dalam membenci, bahkan dalam proses saya memaafkan kekurangan diri sendiri.

Dalam bayangan kanak yang riang, kerap saya menemukan tubuh ganjil ini, meringkuk di bawah mimbar mushola, atau di sebuah bilik pengampunan dosa, dalam ruangan penuh lampion dan hio sua, atau di depan undakan Pura.

Saya gentar Tuhan. Lama sekali merintih di himpit perih,

Sebab rupa-rupa dari perasaan lupa tersebut telah menjadi beban psikologi tersendiri bagi saya, seseorang yang sejak kecil terdidik untuk menghormati ingatan. Seseorang yang tiap perpindahan geraknya terasa lamban karena terlalu lama hening dalam kontemplasi. Melangkah dengan membawa bergulung-gulung rencana, lembar-lembar prediksi, kerangka garis berisi data-data statiska. Oh, hidup yang begitu terprogram.

Sampai pada saat tertentu saya merasa terasing, entahlah mana yang lebih benar : saya yang mengasingkan diri dari kewajaran, atau kewajaran yang telah semena-mena mengasingkan saya. Yang jelas saat berada di titik itu, saya merasa bukan diri saya, saya merasa jauh dari keutuhan. Terpecah-pecah.

Maka untuk menghindari kemungkinan yang lebih parah, biasanya saya akan melarikan diri dari kejujuran, saya bohongi diri saya sendiri untuk sementara, dengan makan sebanyak-banyaknya, tertawa sebanyak-banyaknya, sampai saya letih sendiri dan mendapati diri saya tertidur dengan wajah penuh kepasrahan. Pasrah yang sangat menyedihkan, karena bagaimanapun juga, besok masih ada hari yang mesti saya isi, dengan rutinitas yang sama kejamnya;

Pura-pura berempati.

Pura pura bertoleransi.

Pura pura tulus berbagi.

Pura-pura mengerti perasaan orang lain.

Pura pura memiliki kejujuran.

Sekarang yang bisa saya lakukan adalah mencatat. Mungkin itu cara terbodoh saya, tapi cuma itu yang bisa saya lakukan, saya tak ingin membebani lagi ingatan saya. Sunguh itu sudah cukup. Selama ini ingatan saya diperkosa dipaksa bekerja diluar kapasitas yang ada.

Tuhan, kalau ada ,

adakah apotik yang menyediakan obat penyembuh lupa ?

Kalau ada,

Saya mohon kertas resep sekalian rujukanya,. . .


kampung Layur november 09


gambar diambil disini


Di bawah Langit Merah Kurusetra

Pengenalan tokoh.


Bisma.

Terlahir dengan nama Dewabrata, anak dari Raja hastinapura, Prabu Sentanu dengan Dewi Jahnawi. Bisma memiliki ibu tiri, dewi satyawati yang berputra Citragada dan Citrawirya. Bisma, yang juga mempunyai nama remaja Ganggadata, mendapat segala hal tentang ilmu, baik ilmu berpolitik, perang, dan spiritual dari kerajaan. Bahkan ia diajar langsung oleh sang Ramaparasu, resi Bargawa. Sang manusia kutukan yang abadi. Ketika Dewasa ia di anugerahi nama Bisma, karena bersumpah akan hidup membujang seumur hidup. Dan karena sumpah itu , ia dianugerahi oleh para bathara, dapat menentukan kematianya sendiri. Kesaktian, kecerdasan Bisma tak ada yang menandingi, kecuali oleh cucunya sendiri, Arjuna dalam memanah, dan dalam strategi perang cuma bisa disamai oleh krisna, sang titisan bathara Wisnu. Saat terjadi peperangan baratayudha, Bisma memilih memihak Korawa.

Amba.

Adalah Putri sulung dari tiga bersaudara, dari raja kerajaan Giyantipura, yaitu raja Darmahambura dengan permaisuri dewi Swargandini. Kedua adiknya adalah Ambalika, dan ambaliki. Ia dan kedua adiknya menjadi putri yang diboyong oleh Bisma, setelah sebuah sayembara di ikuti dan di menangkan bisma, mewakili saudara tirinya Citrawirya.setelah membunuh Wahmuka dan Arimuka. Amba yang sebenarnya telah dipertunangkan oleh prabu Salwa, raja Swantipura,memohon pada Citrawirya, agar di ijinkan kembali pada Prabu Salwa. Tapi Salwa menolak Amba Karena ia risih, sudah dikalahkan Bisma, dan ia tak percaya pada amba yang sudah di boyong Bisma. Jadi ia di tolak oleh bisma, salwa, dan citramuka.ia jadi terkatung katung. dan akhirnya mati ditangan bisma, setelah ia terus mendesak untuk dinikahi, sebelum meninggal ia sempat berkata akan menitis menjadi ksatria wanita yang akan menjemputnya dalam peperangan barata yudha.

Srikandi.

Adalah titisan dari dewi Amba. Anak dari Raja Pancala, Prabu Drupada dengan Permaisuri Dewi Gandawati. Ia satu-satunya dari tiga bersaudara yang dterlahir dari rahim , kakaknya Dewi Drupadi dan Drestadyumma, lahir melalui laku pemujaan pada bathara.Drupadi lahir dari api suci , sementara Drestadyumma dari asapnya.

Srikandi adalah seorang ksatria wanita, ia berguru memanah pada arjuna, dan medalami ilmu berperang pada krisna, dialah yang akhirnya mampu membunuh bisma, karena dikatakan, bawa bisma juga pernah bersumpah tak akan melawan saat dia berhadapan dengan seorang wanita.

=========================================================


keterangan diatas saya maksudkan untuk menjembatani cerita yang nantinya akan saya buat, DI BAWAH LANGIT MERAH KURUSETRA, sekiranya dapat sedikit membantu mengenali tokoh sentral yang akan saya angkat.

==========================================================




Dibawah Langit merah Kurusetra



Telah setengah kala dari perputaran purnama, semenjak perang besar bharatayuda ini api sengitnya di kobarkan, namun manusia masih saja berlomba untuk membunuh. Saling mendahului dalam memanah, menombak, memenggal, menghunus, menusuk, menikam satu sama lain. Sepertinya aliran darah yang menggenangi tanah lapang kurusetra belumlah sampai pada akhir, masih akan tetap tercecer potongan tubuh yang koyak, kepala yang terpenggal, juga bagian jantung, usus, hati tercerai berai keluar dari iga pemiliknya. masih akan lebih lama lagi untuk menyaksikan satu persatu para ksatria, adipati, para tumenggung, para senapati, tumbang berkalang tanah . Baik dari pihak Pandawa, maupun dari pihak Kurawa. Demi melengkapi perjalanan sejarah manusia, dan demi menuruti garisan yang telah terrnoktah rapi di lembar-lembar daun tal, ramal para resi, bagawan, bahkan para bathara. Angin tak lagi semilir, tapi panas bercampur dendam-dendam yang telah terlanjur menjadi hutang.

Bisma tergeletak pucat dengan ratusan anak panah menusuki tubuhnya. Kereta perangnya roboh dan tergeletak tak jauh dari tubuh yang sesak bernapas. Dua kudanya mati.

. . . . .

. . . . . . . .


Kado kecil (2)

Lir ilir tertanam buah semilir.
Yang pupus kehijauan disana,
Kusangka pengantin baru.
Oh gembala,
Panjat saja belimbing yang itu.
Biarlah licin panjatkan saja.
Buat membasuh panjang selendang.
Selendang yang koyak di tepi.
Lantas jerat dan jahit lah.
Buat sarasehan nanti sore.
Selagi masih ada terang bulan.
Selagi masih ada lapang di halaman.
Ya, mari bersama dalam sorak,
Sorak yang horeee . . .


*tanpa bermaksud menggurui keadiluhungan sastra*

Kado kecil


Lir ilir tandure wuh sumilir.
Tak ijo royo royo tak sengguh kemanten anyar.
Cah angon,
Penekno belimbing kuwi.
Lunyu lunyu penekno kanggo masuh dodotiro.
Dodotiro kumitir bedah ing pinggir.
Dumano jlumatono kanggo sebo mengko sore.
Mumpung padhang rembulane.
Mumpung jembar kalangane.
Ya surak o, surak hureee.

* tembang dolanan diatas adalah tembang gubahan sunan kalijaga, dan malam ini maaf, jika saya mengalihbahasakanya dalam bahasa khas pucukpenawisanggeni*


Kopral wedding...

Ceritanya tar aja.

Malam midodari

Seperti rukmini.

Seperti bunga bunga yang di jahit di dadamu.
meluapkan gempitanya malam ini.
Takdir yang tiba tiba menempel dipelupukmu,
Dan ia meluruh sediam diam narayana.
kutulis semua sempit dalam jerit mirip puisi.
Tapi ia membaca dan memahami jadi sebuah pertunjukkan sonata.

Lalu tekanan di permukaan kakiku tak sanggup lagi untuk memulai di selasar yang sama.
Di perih yang setia menjaga.

Aku pendakian yang selalu urung ,kerap patah dan serkah.

Bahkan malam ini.

Seperti rukmini.

Hilangnya Lampion Dari Mata Naomi

Hilangnya Lampion dari mata Naomi.

Gang baru, 1981

Orang-orang memanggilnya Naomi. Entah kenapa tiap malam aku ingin bertukar rupa denganya. Wajah yang pipih harmonis, lengkung alis yang padat bermuara pada hidung bangir, berpadu pipi yang melesung jika ia tarik dua sudut bibir tipisnya. Ya, aku selalu berdoa sebelum tidur, memohon ada malaikat yang berkenan meluluskan permintaan ini, agar pagi harinya sehabis bangun tidur wajahku bertukar dengan wajah Naomi.

Asal jangan dengan mata milik Naomi, aku kurang suka. Iri bisa jadi. Matanya terlalu sempit bagiku, mata oriental itu takkan cocok untuk gadis sepertiku yang mesti membentak orang tiap hari. Dan memang sepertinya,aku paling cemburu saat menatap dua bulatan sempit mata itu jika ia sedang tertawa, Kata emak, mata Naomi beningnya melebihi telaga.

Aku sering melihatnya berlarian sambil terengah-engah. Dua tangannya menahan buntalan besar di punggung, berlari dari arah kelenteng Tay kek Sie yang berseberangan dengan ujung jalan masuk pasar ini, berhenti di sebuah kios, bukan kios, melainkan tempat berdagang yang cuma diatapi terpal coklat, dengan tiang-tiang dari bambu yang akan terhuyung ke kanan kiri jika ada angin menghempas. Dan dari sini, jarak yang cuma kira kira lima belasan meter dari tempatnya berlabuh meletakkan beban yang ia gendong, aku sering mendengarnya , berbincang dengan lelaki renta dalam bahasa yang tak ku pahami.

Kami memang tidak tiap pagi bertemu, cuma pada hari tertentu saja, ketika aku mulai membantu menata dagangan milik emak. Emakku jualan Nasi ayam disini, berdesak-desakkan rapat dengan para penjual lain, dan aku , harus menyelesaikan ini semua sebelum jam enam pagi,tiap hari. semantara emak mengusung sisa sisa keperluan jualan dengan diantar becak pak Usin, dua tiga kali usungan dari rumahku di sebuah lengkong sempit kampung Brumbungan sana. Ya, pejual lain akan segera berdatangan, dari penjual Lobak, penjual gelas, penjual es cincau hitam, bubur, penjual peniti. Pasar Tiban ini akan hidup dengan aneka macam suara, aneka macam teriakan, aneka bahasa umpatan, semua sempurna tercampur eksotis dengan dialek para pembeli yang hampir semuanya bermata sempit mirip mata Naomi. Tapi bagiku, Mutiara disini tetaplah Naomi, meski aku tak mengenal akrab siapa dia sebenarnya, kecuali dari desas desus. Telingaku terbiasa mempercayai desas-desus, bisik-bisik, dan omongan yang entah mengapa selalu mengisi tiap pagi sampai nanti pasar ini lenggang pada tengah hari.Yang pasti pasar takkan pernah menyimpan rahasia. Yang aku tahu, setiap kali ia mengantar buntalan itu di Los kios sana, dia akan selalu mampir ke tempatku, tempat emak berjualan. Membeli beberapa bungkus nasi ayam.

Awalnya aku tahu dari penjual di kanan kiriku, kata mereka, Naomi selama ini tinggal bersama Enciknya, yang tinggal di kampung sekitar Pekojan, pemukiman padat yang sebagian besar dihuni keturunan cina Tio ciu, Hokkian, dan sisanya dari Keturunan Minnan serta orang-orang arab.

... ... ....

#2 : inget ngga sih Lo ?

tangan kiri jendral merayap ke saku, menyunting sebatang kretek, dan menyalanya.asap asap bergoyang goyang. Jendral menyerahkan bungkus rokok pada kopral. mereka kini seia.

Tapi ndral,, cepet bener sih waktu ini, perjalanan, ini, kita kayaknya keburu jadi tua, baru kamaren kayaknya kita sama-sama lakuin segala hal. dari lompat pager buat bolos, malakin adik kelas, di ukum melulu ama guru,dan,

dihentikanya kata kata itu, si ceking membuka dompetnya, lantas menyerahkan sesuatu pada jendral.

Lo masih inget ngga ?

yang ditanya, sekarang jadi beku memperhatikan benda kucel yang sering berlipat mungkin dengan STNK dalam dompet. kedua alisnya bertemu di ujung penarian, kemudian lepas lagi tawa limpung itu,...


ha ha ha, gua, ngga mabuk Pral, ini, iniii, haik, si atun bukan ? Lo masih nyimpen ini ? tujuh taon yang lalu Lo minta Foto ini, Foto mantan pacar gua, kata Lo buat ngisiin dompet, biar dianggep udah punya pacar kalo ada yang nanya, haik, dan, brengseknya lagi, Lo selalu aja maksa ngikut setiap gua mau ngapel, Lo emang gila, gila, gila..., inget,inget gua, dari dulu Lo emang ngga pernah punya pacar, dari dulu Lo, seorang Ajik, emang lahir ditakdirin jadi penakut namber wan(number One), hah, hah,

napas jendral mulai ngos-ngosan. terlalu lelah mengngingat dan memilah milah berbegai macam kejadian.

trus, trus, ngapain Lo kasih pusaka ntu ke gua, udah ambil aja, sekalian buat jimat stambul, biar lo ngga kena apes mulu, ha ha,haiik, kopral, kopral.

Ndral, gua, gua cuma pengen ngomong ama Lo, gua mo nikah bulan depan depan, dan gua sampein ini pertama ke Lo, satu-satunya orang yang dari ketemu pertama selalu gua anggep brother, Lo abang gua yang selalu ngejagain gua, nyemangatin gua, ngajarin gua ptualangan-petualangan yang yang ga kebayang, Lo emang norak, suka mabok, tapi ngga pernah ngebolehin gua ikut mabok, Lo suka berantem, tapi ga pernah ngajakin gua ikut acara-acara tawuran Lo.Temen-temen lo junkies semua, tapi Lo ga pernah ngebolehin mereka nawarin barang ke gua.

kini, dua manusia ini mulai di rambati arus listrik kegetiran. napas keduanya sedemikian memburu.berseteru.

Lo, apa ? Lo mo nikah? gua ngga tuli kan ? ato lo ngomongnya emang ngga pernah jelas ?

iya, gua nikah bulan depan. Ni-kah ndraL !

sorot mata jendral makin merah padam, ia seperti menahan sesuatu.

Emang, emang, haik, Lo mo nikah ma siapa? ada yang mau ama Lo heh ?
gua, gua ga percaya Pral, ga mungkin Lo bakal kawin secepat ini, lagian ngapain sih cepet-cepet kawin. . ., ribet bego !

tangan kanan jaendral menuding-nuding jidat sahabatnya itu, kopral menepisnya. tegas. dan..

cukup ndral, cukuuup, asal Lo tau aja, tiap orang pasti bakal nglewatin proses ini, bukanya gua mau berlagak bijak kayak pendeta, tapi Lo juga harusnya mau sedikit mikir, Hidup Lo ga harus Lo isi ma yang kayak beginian, kapan Lo mo sedikit mikir..


kobaran api itu sekarang membesar jilatanya melewati bola mata Jendral.

Lo,gua bilang ke Lo..., haik, sejak kapan lo bisa ngelesin gua hah, belajar di mana lo bisa gunain kata kata sampah ntu, hah, Lo ngga ngga bisa ngatur gua, Gua jendralnya taik !

Terserah Lo !

Lo nantang gua ?
terserah !
Lo mo ngajak gua berantem ?
terserah !
bangsat Lo !
terserah !

dan , prakk !

botol tanpa isi itu telah mengena kening, darah mengalir dari sana, memberi aroma segar dini hari.
dua manusia itu menangis dalam diam.

Jendral mencoba meraba aliran darah di kening itu, Dan kini, sahabatnya, Kopralnya, benar-benar menangis.

Perih Pral?
gua, gua, haik, ngga bermasud ngelukain Lo, gua, gua cuma ga tau mesti omong apa lagi, mesti berbuat apa lagi. Gua bakal kehilangan Lo pral....

dua tetes air melepuh di sudut mata jendral, hatinya koyak moyak perihnya tak terkira.
Jendral tidak sedang mabuk. dia cuma minum Berlebihan. dan ia dalam kondisi sesadar-sadarnya.


sekarang dua lelaki itu entah kenapa saling berpelukan.

====================================================================================================================



di dedikasikan : untuk seorang teman nun jauh disana, selamat, kamu bakal ngelewatin gerbang itu duluan.
sempat kerasukan ide juga pas tau-tau denger sheila on 7 , sampe plotnya jadi belok mendadak.


....aku raja kaupun raja.
aku bidak kaupun bidak.
arti teman lebih dari sekedar materi.....


pegang pundakku jangan pernah lepaskan,
jka ku mulai terbang, terbang meninggalkanmu.


(sahabat sejatiku-sheila on 7)

#2 : inget ngga sih Lo ?

yang di sebut kopral tetap tenang, duduk memegang lututnya, langit cerah. dan ia mencari kesegaran di sana. sesekali satu dua kendaraan bermotor melintasi alun-alun ini. mulutnya asyik memainkan rumput. dan dia menoleh.

Lo pernah liat pak Parman ga ?

setelah kata-kata hemat dari lelaki yang di panggil kopral itu keluar, tiba tiba, dua wajah mereka berhadapan, menguncinya disitu dalam jejak-jejak menit.dini hari yang hening. yang berlarian cuma flashback ingatan mereka, menyusuri jalan, museum, sejarah, dan apa saja yang pernah mereka berdua pernah kecap. tak ad suara. diam. lantas, ledakan tawa itu berhamburan seperti petasan.

ha ha ha, haiik, hah, ya, gua inget, inget, Pral. Pak Parman satpam sekolahan kita yang galaknya nglebihin anjing blasteran ntu kan, heh, heh, yang selalu nyetrap kita push up di pintu gerbang, soalnya kita sering banget kesiangan bangun, telat mulu. Lo inget, pas dia kita kerjain, haik, pas kita dia boongin di panggil kepsek,hah, padahal itu cuma akal-akalan kita buat nyolong jatah snacknya di pos, terang aja dia seabis ntu,dendam kesumat, kita dah kayak daftar buronan, bahkan di posnya di tempel photo kita, biar dia hapal wajah kita diantara ratusan murid sekolahan ini.

tangan kiri jendral merayap ke saku, menyunting sebatang kretek, dan menyalakanya.asap asap bergoyang. Jendral menyerahkan bungkus rokok pada kopral. mereka kini seia.


aneh, waktu emang aneh, ga ngerasa kita udah nglewatin ntu semua, cepet banget ndraL, padahal kayak baru kemarin,

inget ngga sih Lo ?

inget ngga sih Lo ?

Pas pertama pertamanya kita ketemu di acara Ospek, masuk dengan kepala plontos. Lo bilang sekolah kesini karena intimidasi emak Lo, sementara gua bilang Gua nyasar kesini sebab frustasi. sama sama salah ngambil jurusan.
abis ntu, abis ntu, Lo terus-terusan nguntit kemana aja gua pergi. Ke perpus, ke kantin, ke we-se, bahkan Lo tetep nguntit gua , pas gua nyelinap kesamping sekolah cuma buat ngisep rokok. akhirnya gua bentak aja Lo. Gila ja, Lo pengen ngisep nikotin bareng-bareng ma gua.
: Ngapain dekat-dekat gua mulu sih, Lo homo ?


lelaki itu meneguk botol Vodkanya lagi. lagi, dan lagi. ia berusaha menyeimbangkan kesadaran. tapi tenyata ethanol lebih berkuasa, aroma kecit antara tuak dan keringat manusia yang belum mandi berpadu, siap membakar sisa malam ini. ternyata dia tak sendiri. disampingya duduk juga lelaki yang ceking, tapi terlihat lebih rapi dandananya. lelaki itu berkaus kasual bersablon Green Tea.

jo, Lo mabok, jo. Lo kebanyakan kali ini.
udah deh, udah mo subuh, kita cabut, kita pulang aja jendral. . .

Yang dipanggil jendral menyeringai, senyum pahit diantara derat gigi kuning itu terlihat apatis. ia mulai bersendawa.

hmm, kopral, ini malem gua memang minum banyak, tapi, Haik, gua ngga ma, haik, mabok. tawa dari bibir ungunya, mengiris tipis tipis udara.

inget ngga sih Lo ?

Gua paling bisa ketawa kalo inget Lo bilang Jendral gitu, gua jadi ke
inget, haik, pas Lo bilang Lo ngedambain seorang temen, lebih dari temen malah, Lo bilang old Brother ma Gua,haik, ketawa ampe kencing Gua dengernya, Lo dapet kata ntu dari mana, ha? dan gua lebih ketawa lagi seudahnya pas gua tau di blangko, ternyata Lo lebih tua dari gua, ha ha ha, haik, berarti lama banget ya Lu gua cebongin..., dan , dan, akhirnya, gua nyuruh Lo manggil gua jendral, Gua manggil Lo kopral. Lo malah cengar cengir kayak dapet keberkahan,...

yang di sebut kopral tetap tenang, duduk memegang lututnya, langit cerah. dan ia mencari kesegaran di sana. sesekali satu dua kendaraan bermotor melintasi alun-alun ini. mulutnya asyik memainkan rumput. dan dia menoleh.

Lo pernah liat pak Parman ga ?

setelah kata-kata hemat dari lelaki yang di panggil kopral itu keluar, tiba tiba, dua wajah mereka berhadapan, menguncinya disitu dalam jejak-jejak menit.dini hari yang hening. yang berlarian cuma flashback ingatan mereka, menyusuri jalan, museum, sejarah, dan apa saja yang pernah mereka berdua pernah kecap. tak ad suara. diam. lantas, ledakan tawa itu berhamburan seperti petasan.

ha ha ha, haiik, hah, ya, gua inget, inget, Pral. Pak Parman satpam sekolahan kita yang galaknya nglebihin anjing blasteran ntu kan, heh, heh, yang selalu nyetrap kita push up di pintu gerbang, soalnya kita sering banget kesiangan bangun, telat mulu. Lo inget, pas dia kita kerjain, haik, pas kita dia boongin di panggil kepsek,hah, padahal itu cuma akal-akalan kita buat nyolong jatah snacknya di pos, terang aja dia seabis ntu,dendam kesumat, kita dah kayak daftar buronan, bahkan di posnya di tempel photo kita, biar dia hapal wajah kita diantara ratusan murid sekolahan ini.

tangan kiri jendral merayap ke saku, menyunting sebatang kretek, dan menyalanya.asap asap bergoyang goyang. Jendral menyerahkan bungkus rokok pada kopral. mereka kini seia.

Tapi ndral,,



laper.dot.com. nyari lunchbox dulu ah.







#2 : gulungan perkamen di sebuah november

wajah anggrek bulan



Satu jam pertama.


Kusangka kau udara.

Yang tak mungkin kubatasi dengan garis-garisku.

Yang tak kuasa kudindingi dengan ego keperempuananku.

Yang malah akan jadi mustahil jika aku memaksa untuk menentukan.

Karena justru disanalah kehormatanmu ada.

Tanpa perlu pertentangan.

Meskipun kurasa kau tahu.

Aku perlu.

Dan ingin.

Ingin yang luarbiasa padat.

Tapi apalah keinginan.

Jika nyatanya kau tak terlihat gugup,

Saat kuhirup kemudian ku hempaskan.

Kau ikhlas yang menyeretku untuk mengikuti hasrat yang saling berkejaran..

Dan lagi-lagi, aku mau.



Satu jam kedua


Kusangka kali ini kau hujan.

Yang akan mengajakku bersama mengeja dalam hitungan.

Tik.Tik.

Tik.Tik.Tik.

Dan tanganku,

Alangkah terkesiap menempel di kengerian itu.

Saat Kau menjahit sayatan panjang lukamu sendiri.

Begitu tabah merekatkan gerimis demi gerimis.

Tiba tiba aku ingin jadi tetes yang sama.

Rintik yang sama.

Deras yang sama.

Kalau bisa.

Satu jam ketiga.


Kusangka akhirnya kau senja.

Setelah halaman muka sebuah November basah oleh cokelat ranum pada sabtu kedua.

Bukan lagi teh hangat bersama sepasang cangkirnya..

Bukan lagi perjalanan antara koma ke koma.

Sebelum ,

Aku tergesa mengecupmu dengan tanda tanya yang bising.

Kapan kau ijinkan aku menepi.

Agar kepenatanku leluasa menangis di belakang punggungmu.

Sekedar merambatkan gelombang pasang ini,

memasukkan satu-satunya jerit

dari belakang matamu yang berduka.

; jam enam kurang sepuluh.


Tangkup tangan kita tak sanggup meredam tiktoknya.

Sementara Menit-menitmu rakus menguras habis energiku.

Tubuhku kini tubuh yang buta.

Letih sekali tubuhku mengengkaukan aku padamu ! ! !

*masih di November yang sama, di sabtu yang berbeda.*



========================================================================================================================




wajah kumbang


tak pernah terlintas akan menumbuhkan musim hujan ini dari kesepuluh kuku-kukumu.

kau terlalu ibu.

aku serpih debu mahenjodaro dan harappa.

puing yang tinggal diantara batu.


tapi kenapa kau memutuskan tetap karam.

meski letih.

mengunyah perih.

pasrah.

meminjamkan keteguhanmu.

sementara mataku.

suurut serta pasang lautmu disana.



kau tahu ,

meski ini bukan sabtu,

aku berhasrat menanam kosakata ini pada bibirmu.

kegelisahan yang memang tiba-tiba.



karena waktu selalu menanyakan usia.


jadi,

maafkan aku.

sore ini mengajakmu hujan-hujanan lagi.


biru-biruan lagi.






Teenlit untuk pagi ini

kita mulai mendung pagi ini dengan menggambar saja.
keluarkan pastel dan imajinasikan tiap warnanya.
dosen langsung mencerca.
kali ini kita selesaikan bagian-bagian tubuh sapi.
kepala.
iga.
paha.
tenderloin.
sirloin.
kaki.
lidah.
kuku.

ada kesulitan sampai disini ?

pak, begini ya.


Lho, kok bentuk nya seperti ini ?
yah, tadi bapak sendiri yang suruh berimajinasi.

maaf pak, tadi imaji saya memohon dengan sangat pada tangan untuk menggambarkan paha miyabi...


KE-LU-AR ! !
iya, kamu KE-LU-AR ! !



Tamu ketika hujan (2)

. . .tamu Ketika hujan (1) bisa di baca dari sini

ingatan ini benar-benar menggangguku. pikiranku yang fiktif atau memang hal-hal di luar kelogisan itu ada ?
hujan bercampur gelap semakin menggenapakan suasana.
adik, kalau tak salah ,,
baru saja kata itu ingin kulanjutkan, langsung aku tahan. aku tak ingin bertidak sebagai hakim ingatan. kuputar kata-kataku.

maaf, adik siapa, temannya mBimBi, puteri bibi ya ?

jangan.
kumohon jangan menjawab dengan jawaban yang sama, dengan yang ada di pikiranku saat ini.
deg.
deg.
aku malah seperti sedang menunggu eksekusi.


saya Tetsuko Kuroyanagi, dan ini,... Rocky , sahabat saya sejak lahir Bi,.

Dia melirik anjingnya dan mengelus beberapa kali. Bahasa tubuh anak itu menyuruhku untuk mendekat lagi, inci per inci. Tapi tiba-tiba tubuhku yang jadi lemas. Ya, nama itu tak asing lagi buat kami, maksudku, buat aku dan si kecil Arimbi.
Tubuhku mengatakan kalau aku mesti memeluknya, erat. dan benar saja, aku melakukanya dengan segenap ramuan perasaan ganjil, takut, kangen, haru.cemas. Tanpa terasa pipiku basah, kali ini bukan karena air hujan,
aku menangis.


kubopong gadis kecil itu,menutup pintu. segera mengganti bajunya dengan milik arimbi, mengolesinya dengan minyak kayu putih, membedakinya dengan Baby powder. Dia sungguh menawan.

Bi, Rocky juga kedinginan, bolehkah saya melumurinya dengan minyak obat ini, katanya memelas sambil menunjuk botol di hadapanya.
boleh sayang, cuma jangan bibi, ya. bibi ngga bisa.
Lho kenapa bi,
matanya yang lucu mengerling, oiya saya tahu. Nanti bibi jadi ingat Anjing bibi yang bernama Moly ittu kan. Dia tertawa juga akhirnya, deret giginya menggemaskan. Ku usap kelembaban di pipiku. benar sayang, bibi ingat moli, dia anjing yang baik.
padahal aku sebenarnya heran, kenapa dia jadi tahu tentang Moli. Anjing kecil mirip pudel milik tetangga yang saking seringnya main kseini, akhirnya kuakui sebagai milikku, tapi sudah lama si moli mati. aku ingin bertanya lebih banyak. Tapi ikatan emosionalku yang membludak padanya menggerus kejanggalan kejanggalan itu.
sebentar ya,
bibi Buatin Susu hangat dulu ya, suka pisang karamel kan, Adik....mm, Tetsuko Kuroyanagi ?.
bi, panggil saya Totto.

dia berdeham.
Rocky boleh minta kan Bi ?

tentu Totto chan,...
kali ini anggukanku tak terlihat takut lagi.

*** *** ***

Kalian, mungkin juga tak akan mempercayai ini. menganggap semua ini sekedar klenik, atau sebuah keterbelakaan bual seorang ibu rumah tangga imajiner sepertiku. ah, aku sendiri awalnya juga begitu, mana mungkin, coba terapkan saja pada logika, di tengah hujan malam-malam seorang gadis kecil bersama-sama anjingnya tiba-tiba datang ke rumah. Dan si gadis kecil itu memperkenalkan dirinya : Tetsuko Kuroyanagi, dan anjingnya Rocky. ketakutan yang dari awal sejak bersitatap denganya, benar benar menjadi kenyataan.
Dia totto Chan. dan aku tak mungkin mengelak untuk memperdebatkan kebenaran identitasnya, Dia tokoh utama dalam buku yang dua minggu yang lalu sengaja ku sembunyikan dan kukatakan kalalu buku itu telah hilang. Alasanya adalah : arimbi sepertinya tergantung, dan mungkin akan benar-benar kecanduan sekali pada buku itu, kalau aku tak membacakan ceritanya sebelum tidur, dia tak akan mau memejamkan mata. makanya sikap ini aku ambil.
dan hasilnya,....
Totto-chan tak terima !

*** *** ***


hmmm, jadi begitu ceritanya.
ku elus dan kusibak rambutnya yang mulai kering. mulutnya masih asyik mengunyah pisang, sesekali ia menyuapi rocky.

ya, begitulah bi, hampir tiap malam, saya mendapat surat, dan tiap saya baca, alamatnya sama. namanya sama. dari Adila Madaniah Arimbi. Magelang, Indonesia.
dalam suratnya dia selalu bercerita, wah banyak sekali bi, yang ia ceritakan. Setahun lagi dia sudah mulai sekolah kan ?
nah, Arimbi juga bercerita, dia pingin sekali sekolah seperti saya, sekolah yang mirip Tomoe Gakuen. belajar di antara gerbong gerbong kereta, mempunyai guru seperti Pak Sosaku Kobayashi, pulang dan pergi naik kereta listrik Oimachi dari stasiun Jiyugaoka. mmm, bibi, bibi, pokoknya dia pingin sekali bisa sepertiku.

aku mendesah melepas segala. ya segalanya. terus terang, aku sebenarnya juga jatuh cinta dengan buku itu, sejak pertama kali bertemu malah. dengan cerita di dalamnya. kadang sambil mendongeng, aku selalu berkhayal bahwa puteriku, juga berada disana, memakai seragam khas Tomoe, mengenakan pinafore-rok rangkapan untuk bermain, dan bertopi felt dengan rajutan bunga seperti nonik belanda.

Lantas bagaimana ceritanya Totto Bisa kesini, cerita dong, bibi ingin tahu.
lama-lama kami mulai akrab.

oooo ituuu, dia nyengir.
Arimbi Bi, katanya dia pingin sekali bertemu dengan saya, Totto-chan, dia rindu sekali, dan kata dia buku Yang sering Bibi dongeng kan hilang. Jadi dia bingung , mesti melepas rasa kangen , rasa rindu itu dengan apa.dia memohon agar saya ke rumahnya.saya seperti merasa Arimbi kesepian, bibi, makanya saya beranikan diri kesini, malam-malam.

aku menggigil, hebat kali ini. tanpa kusadari aku memeluk gadis mungil itu,alangkah jahatnya aku sebagai ibu. mengekang kerinduanya pada imaji. Mengkhawatirkan hal paling bodoh.
maafkan bibi ya,sayang.
seolah olah aku di tuntun lidahku mengucapkan kata maaf pada dua gadis kecil sekaligus. Tottochan, JUga mBimBi puteriku.
dan juga rOcky tentunya, bola matanya benar benar mirip si Moli.kerinduanku pada hal-hal kanak seakan tertuntaskan malam ini. kami berpelukan erat.

*** *** ***

sebentar ya Totto-chan sayang, bibi buka pintu dulu. bapaknya Arimbi datang.
segera ku langkahkan kaki, berjingkat melangkahi Rocky yang sengaja tidur-tiduran.

"kehujanan Mas ?"
tanyaku pada suami.
pengenya neduh dulu, tapi hujan ngga reda-reda. ya udah terabas aja. Arim sudah bobo, dik ?

sudah,

Nah ini siapa, kok ada sendal di luar, ada tamu ya ?

langsung aku menggamit lengan si mas,

hi hi, temenya mBimbi dari jauh dateng, Namanya Totto-chan. Ia ke sini ama anjingnya lho mas...
sekarang mereka lagi diruang tipi, kedinginan.


Totto-chan ? dengan anjing ? ngga salah dengar aku ? koak ngga pernah tahu aku Dik,

sambil terus menggamit menuju ruang keluarga, lagi lagi terlalu bersemangat ngoceh.
makanya adik mau kenalin mas ma meer...


deg.
jantungku lagi-lagi kembali seperti detonator bom.

mereka hilang !
Totto chan, juga Rocky !


*** *** ****

akhirnya aku menerah pasrah sambil mengusap kening berkali kali. setelah tiap sudut bagian ruangan ku obrak abrik se telaten satpol PP.
sampai akhirnya, bapaknya MbimBi mengambil kemudi ,

sudahlah Dik, ini sudah malem, adik kecapean, jadi ngebayangin yang enggak-enggak..

tapi, mas, tapi,....
suaraku tergugu. tak dapat lagi membela diri.


*** *** ***

sudah kubilang, tak akan ada yang percaya meski kuceritakan ini pada siapapun, termasuk kalian.
Tapi kalian tahu kan kejadianya ?




==============================================================================================================================================




cerita ini saya persembahkan teruntuk ponakan saya : Adila Madaniah Arimbi, yang kata ibunya sudah tuntas menghapal Allahumma bariklana,...










Mimpi saya semalam

saya tadi malam ketemu dia via mimpi, ngga tau apakah karena saking mengidolakanya, atau apa yang di omongin Freud benar adanya, alam sadar kerap memprovokasi alam ngga sadar, begitu juga sebaliknya. Seminggu ini saya keranjingan mengulik cerpen-cerpenya melebihi konsentrasi jadwal midtes semesteran.itu barangkali penyebabnya.

yang pasti ada kepuasan, bahkan puasnya sampai kebawa lagi ke pagi. yang jelas tadi malam seingat saya, saya sempat makan bareng di angkringan deket pasar mBringharjo, Malioboro. mesen dua gelas kopi joss, sate usus, dan nasi kucing lauk sambel teri tentunya. semalaman kami ngobrol, dari tentang Sukab sampai Alina. Dari berbagi cara memotong senja sampai cara mengirimkanya pada pacar saya. Saya tertawa, terpingkal malah, beruntung sekali saya diberitahu, dan kata beliau : sebenarnya ini rahasia.

tambah melayanglah saya.
saya dapat ilmu cuma-cuma, alias Ndak mBayar.

terakhir
saat saya, sebagai rasa ungkapan terimakasih akan mentraktir beliau sebagai suatu kehormatan,beliau marah-marah. Katanya saya kurang ajar. saya sendiri heran, apa pasal beliau berkata begitu.

wah, tau-tau beliau bilang.
semua yang bayar Sukab, tenang saja thole.
kapan kapan kita ngopi bareng lagi di sini.
mau ?


yaaaah, mimpi ternyata.


ya, semalam saya mimpi bertemu beliau, Mas Seno Gumira Ajidarma.

ijin piknik boleh ngga, Tuhan ?

bantuin aku dong Tuhan,
ini jalan masuk apa keluar sih ?
heran deh,
masih saja aku kerap tersesat di rumah sendiri.
Tuhan, aku capek tauuk.

Hi hi, bercanda ding.


*kapan ya, dikasih toleransi,
pengen piknik nih,
pengen cuti, boleh ngga Tuhan.


sekalian nitip topengnya dulu ya.....*

-- berat bawanya --

gulungan perkamen di sebuah november : sequel

wajah kumbang


jangan tandai aku dengan garis tepi.

jangan tergesa, bernapaslah dahulu.
kalau kau rasa ada yang salah dengan jam-jamku
mungkin semata karena ketidakstabilan waktu.


akan tetap ada kesempatan merapatkan dua pasang cangkir teh hangat.
wangi rempah kayu manis.
gang sempit dengan nama jalan pengingat yang sama.
dan itu,
cipratan tanah agak basah di ujung sepatu berhak tingggimu.
cantik menjilati lelehan sore di potongan hari sabtu.

dan mata kita beranjangsana.
dan kisah kisah berdandan dari bibir yang saling berkaca.
cup ah.
cup ah.
serasa kata-kata tak menemukan artinya.
terlalu rindu.
tak sempat melengkapi tata bahasa.


sst.....
diam dulu
jangan terburu.
kita nikmati saja koma demi koma.

====================================================================================



wajah anggrek bulan



Satu jam pertama.


Kusangka kau udara.

Yang tak mungkin kubatasi dengan garis-garisku.

Yang tak kuasa kudindingi dengan ego keperempuananku.

Yang malah akan jadi mustahil jika aku memaksa untuk menentukan.

Karena justru disanalah kehormatanmu ada.

Tanpa perlu pertentangan.

Meskipun kurasa kau tahu.

Aku perlu.

Dan ingin.

Ingin yang luarbiasa padat.

Tapi apalah keinginan.

Jika nyatanya kau tak terlihat gugup,

Saat kuhirup kemudian ku hempaskan.

Kau ikhlas yang menyeretku untuk mengikuti hasrat yang saling berkejaran..

Dan lagi-lagi, aku mau.



Satu jam kedua


Kusangka kali ini kau hujan.

Yang akan mengajakku bersama mengeja dalam hitungan.

Tik.Tik.

Tik.Tik.Tik.

Dan tanganku,

Alangkah terkesiap menempel di kengerian itu.

Saat Kau menjahit sayatan panjang lukamu sendiri.

Begitu tabah merekatkan gerimis demi gerimis.

Tiba tiba aku ingin jadi tetes yang sama.

Rintik yang sama.

Deras yang sama.

Kalau bisa.

Satu jam ketiga.


Kusangka akhirnya kau senja.

Setelah halaman muka sebuah November basah oleh cokelat ranum pada sabtu kedua.

Bukan lagi teh hangat bersama sepasang cangkirnya..

Bukan lagi perjalanan antara koma ke koma.

Sebelum ,

Aku tergesa mengecupmu dengan tanda tanya yang bising.

Kapan kau ijinkan aku menepi.

Agar kepenatanku leluasa menangis di belakang punggungmu.

Sekedar merambatkan gelombang pasang ini,

memasukkan jerit

dari belakang matamu yang berduka.

; jam enam kurang sepuluh.


Tangkup tangan kita tak sanggup meredam tiktoknya.

Menit-menitmu rakus menguras habis energiku.


Letih sekali tubuhku mengengkaukan aku padamu ! ! !

*masih di November yang sama, di sabtu yang berbeda.*



Kita sampai mana ?

biarkan aku mencoba dulu.
melenggang ke arah lampu yang kamu pilihkan.
tapi kamu mesti disini.
menjadi peri mungil yang duduk manis di bahuku.
siapa tahu aku dihadang malam.
siapa tahu aku di goda genit kemungkinan.

nah, disitu kamu menjadi telunjuknya,
selalu siaga meniup cahaya.
ayo ah,
doa kita barangkali sebukit lagi.

hari hari yang centil,
waktu waktu yang gigil.
tunggu aku.

Ping : Once upon a time in the sky . .

Senja merabun kena bias warna kuning sendu dari barat tepi garis bukit sana. Jalan setapak nampilin pesona persis larik-larik kue lapis legit. menggoda hasrat kembara untuk tetap meneruskan lukisan tipografinya : petualangan jiwa.
Dan jejak-jejak itu, tergesa gesa menyeruak rumput yang tingginya hampir setengah bagian dari pohon pisang dewasa, rumput liar yang selalu bergoyang menahan godaan silir angin. Mengungkap tanya pada apa aja yang bakal terjadi hari ini.
sebuah paruh lumayan panjang sedari tadi manyun berayun ayun di atas ranting kecil pohon kapas. kapas yang jatuh ngingetin jatuhnya bulir-bulir salju di negara-negara empat musim. demikianlah narasi semi romantis ini menempel pada sore yang sebentar lagi nutup pintunya. Dan mata pemilik paruh yang renta itu terus mengamati kemana arah jejak jejak tadi masuk, menyembul keluar lagi, menelusup dia antara rerimbun, sesekali gerakan berhentinya sekedar menahan napas, melakukan pertukaran udara.

Yang ini harus kena. dia berdoa. air liur menetes melewati paruh dan jatuh ke tanah. perutnya amat lapar sampai tak bisa mengontrol suasana. kakinya gemetar, dan saat itupun tepat baginya untuk mengepak sayap, ngumpulin energi yang masih tersembunyi, energi penghabisan,
trakk. kreesss.
ketika dengan mantapnya cengkeraman itu membawa sesuatu ke ketinggian. sorak sorai dalam hatinya, akhirnya bisa makan hari ini !!


"oiiii, lepasin gua, oiiii, lepasin, lepasin,....."
hah, suara combreng itu ngga asing lagi ! ! yap !
itu suara si Ping,....
begitu semangat campur tegang campur takut ia meronta dan teriak membabibuta, emosinya naik turun dalam ketinggian seperti ini.

"oiii, mahkluk budeeeeg, lepasin guaaaaaa, gua mau turun niiiiihhhh,"

yang di teriaki malah tambah tinggi ngepakin sayap, capitan paruh membuat tubuh ping kesulitan bergerak, dan ,
brrr,.. ia dan yang mencengkeram melayang- layag di kerayaan angkasa, memberi corak pada secarik langit. tapi Ping udah ngga peduli tentang langit dan pemandangan eksotis di bawah sana, matanya ia pejamkan berkali-kali.
Ping ngerasa mau muntah, high phobia jelasnya. kepalanya di dera pusing.napasnya udah ngga karuan, terbesit dalam ketidak berdayaan dalam otaknya muncul kepasrahan, mungkin inilah akhir hariku menyaksikan sore di dunia...

tau- tau ia udah ada di tempat teduh, sekelilingnya lembab, namun hangat, ternyata sebuah sarang.
huh, lega. Ping ngira suasana kayak tadi adalah visualisasi alam lain. alam, hisab, alam akhirat. ia timpuk pipinya sendiri.
horeeee, gua masih idup. masih selamat.

Ping celingukan.
penasaran, kemana gerangan mahkluk berparuh tadi menghilang.
kaetakutan itu mencengkeramnya lagi. arome kental kematian. huff, si paruh tadi pasti akan memangsaku. lemas seluruh otot-otot Ping.
kreekkkk,
suara mendadak dari luar iru sontak membuat Ping melonjak, kaki pegasnya reflek dan menghentak yang terpijak, tau tau nangkring di sebuah cekungan dari kegelapan.kakinya mendapati cekungan lubangbatang pohon. Matanya seperti melihat monster.

" Selamat sore kisanak,..."

benar benar suara yang bertolak belakang dengan penampilan, antiklimaks. wajah dengan paruh pisau itu mengeluarkan suara nan aduhai lembut. sebagian wajahnya nyaris menyinggung tubuh ping.

"Eng, eng , ya, ya, eng se, se, lamat sore, bung, eh, bang, eh, bing.
terus terang Ping jadi gagap tanpa sebab yang jelas.
Lo, Lo ssii, siapa ?
Lo bermaksud njadiin gua santapan pendamping minum teh bu, bukan hah ? gua kasih tau, daging gua getas, ngga bakal menuhin porsi asupan gizimu, la la gian, gua kurus."

Ping mencoba nyari celah. Huh, tapi percuma Ping, ini, bukan cerita kancil dan Buaya, dan kancil selalu lolos dari celaka. ini realitamu Ping. dan si paruh mendekat, mengendus-endus tubuh Ping. Ping yang jengah akhirnya pasrah.

"Baiklah, baiklah Tuan pemangsa, jika ini emang takdir gua, ini ending gua, plisss, gua siap, meski setengah terpaksa, silahkan nikmati tiap sobekan daging gua, potongan tulang gua. gua nyerah, gua siap jadi pelengkap rantai makanan Lo....
cuma gua pengen manggil siapa yang dapet kehormatan mencincang daging gua, gua pengen berjabat tangan dan ngenalin diri."

Ping beneran njulurin sebelah tanganya, kali ini berani itu seketika muncul, dan wajah monster-monster ketakutan yang tadi menycengkeram bahu Ping itu justru malah jadi kurcaci, kecil banget. aneh, justru di puncak rasa takut, seekor katak malah berubah jadi berani.

"nama gua, Ping. katak ksatria dari negeri sekapur sirih.
Lo Tuan ini, siapa gerangan ?"

nada senyap lagi-lagi terasa.dingin terkena angin ketinggian.

"Perkenalkan, nama saya Noy.
Noy.
bangau pejantan dari ras pengelana Ergreta Grazeta. dari suku yang hampir tercerai berai karena gelombang migrasi besar-besaran.
kau bisa memanggilku

Noy Grazeta ,..."

Ping mendekat, melangkahkan kakinya dengan khidmat, dengan keberanianya menghadapi apapun sebagai pejantan. Pikirnya , lahir jadi kstria, besar sebagai ksatria, matipun selayaknya begitu.

"baiklah, Lo mau mangsa tubuh Gua dari mana :
Tuan Noy grazeta. . . ?


10 novpember 2009. ==============================================================================================





ungkapan terimakasih untuk respon positif atas The Ping Stories. dan ini , Noy Grazeta saya hadiahkan teruntuk asasayang, yang saking semangatnya ngasih acuan, noy mesti seekor bangau, blekok. keyssyarah yang sambil cengar-cengir nyaranin Noy mesti semanis dirinya..., duniauchi, untuk saran paling gila , saya selalu bersemangat gila kalo inget itu. adearin, tak ketinggalan nengmetty yang masabodoh. raniuswah yang mulai banyak ketawa, hi hi hi. juga teman teman baru yang hadir , ada mezoe, elok4,aisyajameela,dan nama-nama cakep yang masih hangat sampai saya belum sempat mengingat susunan hurufnya.
selamat datang, selamat menikmati kebersamaan disini . . .

dan inilah tokoh baru kita : Noy.

gambar diambil dari sini




Sebelum suara itu menggema

Kau bisa melihat raut-raut simpang siur kami dengan jelas meskipun tempat yang , lebih cocoknya disebut ruang sidang ini, cuma di terangi bohlam limabelas watt kan ?
Semuanya Sembilan belas.
Dan angka Sembilan belas cukup membuat kami merasa bahwa kami menyerupai kafilah besar. Bambu - bambu yang di rakit dadakan dan terlihat asal tancap ini sungguh memberi pertanda betapa kami adalah sekumpulan rasa cemas yang secara tak sengaja berbagi nasib satu sama lain.
Dan mungkin kau lah orang yang paling tepat yang bisa kuajak bercerita. Apa ? mereka ?
Jangan bercanda, bicara pada mereka sama saja cuma memindah beban ke tempat lain dengan menanggung kepenatan dua kali lebih dahsyat. Tidak. Sudah kubilang aku ingin berbicara padamu saja. berbagi cerita dengan mereka semakin memperparah rasa cemasku kau tahu ?

atau begini saja, karena kelihatanya kau masih sibuk, kau boleh menyelesaikan pekerjaanmu sambil mendengarkanku bercerita, aku tahu, aku mengerti kau mesti mempertanggungjawabkanya pada Haji Asroni. daun nangka dan daun galendra di pojok sana itu mesti kau rajang-rajang dulu untuk kau hidangkan pada kami sebelum isya, karena kau tak mau haji gendut itu akan mengomelimu lagi seperti kemarin kan.

kau masih saja mondar mandir membawa sabitmu.

namamu masih Saman bukan ?

Man, aku sebenarnya takut kali ini man, sebenarnya kau juga paham itu, terdengar sangat jelas dari kesembilan belas embikan kami yang sahut menyahut di liputi kedukaan makin menjadi semenjak kandang ini kau buat dan kami menyadari, kami di sini sedang menunggu hari itu. hari yang menurut Haji gendut Asroni itu hari Raya, Hari pengorbanan, Man.
oh, Man. kau belum pernah tau bagaimana rasanya menunnggu datangnya hari kematian yang sudah terjadwalkan.Menggigil man. mengerikan. Man tolong nyanyikan lantunan lagu sesuka bisamu, kami butuh hiburan. kenapa malah tertawa ? adakah kepanikan kami lucu adanya ?
ah, sekarang aku malah jadi curiga padamu. jangan-jangan kau serupa dengan majikan gendutmu itu, Haji Asroni. Kau pasti sedang membayangkan, betapa besok dua hari lagi, kau akan mendapat jatah paling banyak, karena sebagai warga, kau akan dapat empat kupon pengambilan daging, dan, tambahan lagi sebagai jagal, kau berhak atas kepala, kaki kaki dan jeroan kami. Bangsat juga kau rupanya Man ! membayangkan cincangan daging, tulang kaki, kepala, kami terhidang dalam mangkuk sup berkuah kental. Sungguh tragis apa yang akan nanti kami alami, sehabis ini kau pasti mengasah lagi belati pusakamu itu. dan aku, dan kedelapan belas kaumku, debar- debar membuat Hitungan.
Siapa mati duluan ?
Man, kalau aku dapat duluan, aku ingin kau titipkan salam pada anak nomor duamu, si ujang itu, sebenarnya berat manyampaikan perpisahan ini, dia bagiku adalah teman bercanda selama dua tahun, dia anak yang baik man,dan antara kami telah tecipta tali asih yang magis, aku juga sering duduk bersamanya sore hari sebelum ngandang, ketika kami selesai di giringnya dari sendang, dan dia mengajakku di bawah pohon dekat padang rumput sana, entah, kami jadi saling becerita, menceritakan apapun. termasuk menceritakan kisahmu, sebagai bapak kadang kau tak menganggapnya anak, cuma karena telinganya tak mirip denganmu. dan desus-desus tetangga, kalau ujang buah perselingkuhan.
Ujang, tersiksa man, dia sering menangis sambil mengelus-elus tandukku. membayangkan kau memeluknya sehangat bapak-bapak lain yang sedang memanjakan anaknya.katanya, katanya kalau kau marah sering bilang ia anak haram. Padahal setelah menangis dan bercerita seperti itu padaku, dia pasti tertidur di perutku, dan aku menjilati wajahnya.

kalau bersedia juga, tolong setelah ini sampaikan, pada Juraganmu Haji Asroni itu, kenapa, kenapa Man, Dahulu Tuhan mesti Mengubah penjelmaan Ismail Dalam bentuk Kambing, kenapa bukan onta atau sapi ?
bukan aku tak iman, dan menolak janji akan surga Man,
sungguh, aku benar-benar tersiksa, jika mendengar takbir, tiap kambing jantan yang bertanduk sudah agak kokoh pasti gentar Man. bertanya-tanya apakah tahun ini Tahun Yang di pilih Tuhan untuk menjemput mereka.
ah, man, aku cuma ingin menumpahkan unek-unekku , aku cuma tak ingin, pengorbananku besok cuma di jadikan sarana bagi Haji Asroni. Karena aku masih curiga, semua ini cuma akal-akalanya saja menunggangi agama, biar dia dipandang orang paling banyak berderma ! melengkapi sandangan haji mabrurnya itu, padahal kau tahu sendiri, dia punya sumur, satu-satunya sumur berair jernih di kampung ini, tapi ?
cuma kerabatnya saja yang boleh menimba di situ !
man, Kau sudah selesai ya,
kumakan dulu ya daun nangka muda ini,...


**** *** ****


subuh baru saja melontarkan gaung panggilanya, ketika sayup kudengar ada suara suara yang membuatku terbangun.

"Pak, kambing yang ini jangan di sembelih pak.." Ratap anak itu sambil menunjuk-nunjuk tanganya ke padaku.
Ujang, kenapa sedingin ini sudah ada disini. aku serta merta bangkit.
"Diam kau jadah, semalaman tak pulang, rupanya kau disini.
"pak, Ujang tak pernah minta apapun selama ini pada bapak, sekali ini minta pak, jangan sembelih kambing itu" Ujang mendekap setengah dari tubuh saman.
"minggirr ! jangan recokin Tugasku !"
di tangan kiri lelaki itu belati, tangan kanannya melilit tali laso. ia dorong dengan kasar tubuh ujang. Ujang terjengkang dan tubuhya mental ke belakang.
"Jangan pak, jangaaaaaan,...."
"kasian pak, jangan di bunuh,..."

"Anjing!, anak laknat, kau ingin menambah dosa hah, kubilang menjauh dariku ! ! "
tapi tangan Ujang masih mengekang kaki sebelah kiri milik Saman yang kekar itu.
saman naik pitam. diseret kakinya mendekati tepiku.
Ujang meronta.
Takbir Dari speaker masjid menggema.
Saman menggila.
Takbir menggaung.
Tangan Ujang erat mengungkung.
Serigala meraung.
dan crass,...
Allahuakbar
Crass...
Allahu akbar.
muncratan darah itu tak ku tahu lagi milik siapa.
sekelilingku gelap. berkunang-kunang.



Man, hari ini kau jadi Ibrahim. . .


Labaikallahumalabaik.
Labaikallahumalabaik.


gambar diambil disini


=============================================================================================================================

tadi pagi, ngga sengaja lewat jalan Banjirkanal, di sana ada kandang penampungan yang bertulis " Jual Hewan Kambing kurban "
ga tau malah pengen nulis kayak gini,
jadi kambing lagi.
parah.
mbeeeeeekkkkkkkkkkkk.