Fragmen

( 1 )

pagi.
embun mengingatkan kita agar selalu berlama tidur.
menggenggam awal dengan rasa tak berbeda.
belum juga habis kemanjaan kemarin,
dan tiba tiba fajar ini pelukmu begitu gigil.
kubebat lagi keringat dinginmu yang menguap dari telingaku.
Serak.
Meminta waktu agar ia sabar menunggu kita.
sementara aku sedang duduk mendekap hatimu yang pekat.


( 2 )

siang.
terik mulai memberangus temali yang tadinya menjadi jembatan 
tempatmu menulis sejarah bagaimana kita pernah 
dipertemukan dalam satu tubuh.
tanpa keluh tanpa aduh.
bergandeng dalam seia.
yang pelan pelan retas,
dan kita sekadar mengulum getir dengan mulut yang pasrah.
menyerah ?
kurasa belum.


( 3 )

petang.
kita menangis.
demi ingatan
demi perih
demi doa yang kita rentangkan sedemikian panjang 
sampai jangkauan kita tak mengenali ujungnya.
tak berdaya melawan keinginan.
Dibangku taman yang memunggungi sebuah senja kali ini
dua lembar daun kering jatuh antara himpit dudukmu dudukku.
aku kau nyaris menjelma menjadi musim gugur yang sama.


( 4 )

malam.
kita berpelukan meyakinkan diri.
masih ada esok.
sebelum nanti melambai tangan pulang ke rongga sepi 
 yang jahat dan seringkali menipu.
kita menangis sambil tertawa.
menangisi perbedaan.
menertawai waktu yang tak kunjung memberi pasti.

...pulang.
berdua sendiri sama saja.
aku kau tak terkalahkan waktu.

Tidak ada komentar: