-

aku sedang berpikir, kata maaf kamu adalah kata untuk menggantikan kalimat: besok aku kecewain kamu lagi ya --

-

aku selalu merasa tertangkap ketika berlari dari kejaran doa-doamu ibu, aku tak sanggup menghindar

15 PENULIS MUDA LOLOS UBUD WRITERS AND READERS FESTIVAL

DENPASAR, KOMPAS.com -- Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) meloloskan 15 penulis muda hasil seleksi. Mereka berhak menjadi tamu undangan serta disponsori untuk hadir dan berbicara pada UWRF 2012, 3-7 Oktober 2012 di Ubud, Bali.
Para penulis tersebut adalah Arif Fitra Kurniawan (Semarang), Benazir Nafilah (Sumenep), Mugiya Syahreza Santoso (Bandung), Budi Saputra (Padang), Muhary Wahyu Nurba (Makassar), Amanche Franck OE Ninu (Kupang), Olyrinson (Pekanbaru), Niduparas Erlang (Tangerang), Guntur Alam (Bekasi), Astina Triutami (Jakarta), Aprilia RA Wayar (Papua), Ayi Jufridar (Aceh), Indah Darmastuty (Solo), Sunlie Thomas Alexander (Pangkal Pinang), dan Bandung Mawardi (Solo).
Dewan kurator memberi komposisi penulis terpilih terdiri dari lima penyair, lima cerpenis, empat novelis, dan satu esais. Mereka terdiri dari empat perempuan dan sebelas pria.
Dewan Kurator UWRF 2012, yang berangggotakan penulis senior Saut Poltak Tambunan, Acep Zamzam Noor, dan Cok Sawitri, meyatakan para penulis hasil seleksi tidak hanya mencerminkan keberagaman genre kesusastraan yang menjadi pilihan dari para penulis muda Indonesia, tetapi juga merefleksikan keberagaman kultural negara-bangsa ini. "Penulis terpilih tahun ini ada yang dari ujung barat Nusantara, hingga ujung timur," kata Saut Poltak Tambunan, Senin (4/6/2012).
Hasil seleksi juga menunjukkan bahwa di luar Jakarta, telah tumbuh berkembang penulis-penulis muda yang handal.
"Naskah cerpen dan novel dari penulis terpilih didominasi oleh tema-tema kearifan lokal dengan latar kedaerahan. Masing-masing memiliki diferensiasi yang tinggi dengan penguasaan teknik penceritaan yang khas," tutur Saut.
Cok Sawitri menyatakan Dewan Kurator UWRF 2012 telah pula mempertimbangkan pengarusutamaan jender sebagai salah satu bahan pertimbangan saat melakukan seleksi. Menurut dia, para kurator tidak hanya berkutat pada pertimbangan jenis kelamin dalam kerangka memenuhi prinsip kesetaraan, tetapi juga berpihak pada isu mengenai kesetaraan ini yang dijadikan pertimbangan agar pemahaman jender sebagai konstruksi sosial dalam kerangka mencapai keadilan kesempatan melalui tandingan-tandingan ide, gagasan, karya dapat dijadikan barometer, tidak dalam kerangka emosional. Cok juga menegaskan bahwa kualitas karya tetap menjadi parameter utama bagi para kurator dalam menetapkan nama-nama para penulis yang lolos seleksi.
Manajer Pengembangan Komunitas UWRF Kadek Purnami menyatakan kegembiraannya bahwa dari tahun ke tahun jumlah penulis muda Indonesia yang mengikuti program seleksi terus bertambah. Itu menjadi sebuah penanda bahwa UWRF makin mendapat tempat di dunia sastra Tanah Air.
Tahun ini panitia seleksi menerima kiriman naskah dari 279 penulis, meningkat dari 235 penulis pada 2011 dan 105 penulis pada 2010. Hal ini tidak lepas dari kerapnya Kadek Purnami dan timnya menyambangi berbagai komunitas sastra lokal di berbagai daerah di Indonesia. Sejak 2008, setiap tahun Tim UWRF berkunjung ke paling sedikit empat kota untuk melakukan diskusi dan peluncuran buku antologi UWRF.
Para penulis terpilih akan diterbangkan ke Ubud untuk mengikuti festival sastra tahunan, yang pada 2012 ini memasuki tahun kesembilan, dan berbicara pada panel diskusi bersama sastrawan-sastrawan asing dari sekitar 20 negara.
"Karya-karya para penulis terpilih akan dialihbahasakan ke dalam bahasa Inggris dan diterbitkan dalam antologi dwi-bahasa UWRF. Keseluruhan program Indonesia UWRF didanai bersama oleh Hivos, sebuah lembaga nirlaba Belanda, dan UWRF sendiri," papar Purnami.
UWRF pertamakali diselenggarakan pada 2004 sebagai sebuah respon kultural terhadap Bom Bali 2002 serta upaya memulihkan pariwisata di Ubud. Sejak 2008, UWRF juga serius mengusung misi mmperkenalkan penulis-penulis muda Indonesia ke panggung dunia.
Pada 2011, UWRF menghadirkan 127 penulis dan 60 pemberi workshop dari 25 negara. Festival berlangsung lima hari dan diisi dengan 209 kegiatan, termasuk diskusi panel, jamuan sastra, pementasan sastra dan music, serta peluncuran buku di lebih dari 57 tempat di Ubud, Denpasar, serta di luar Bali. Angka kehadiran pada keseluruhan kegiatan festival mencapai lebih dari 23,000 orang. Sedangkan website festival mencatat diunduh 2,6 juta hits.