Kamu terbit lagi dengan wajah yang dewasa

Pagi ini kunikmati kopiku dengan sangat santai sesudah mencuci motor.Pukul enam tigapuluh,masih bisa menyaksikan udara semarang sebelum bercampur reaksi senyawanya dengan kotoran kendaraan.Aku menyalakan sebatang tembakau, mengotori udara,mengotori paru paru.Tepat sekali.
ini waktu yang tepat untuk mengenang.
Menarik rupa perbincangan semalam kita dari kabel kabel elektronik, mendudukkanya serasi dihadapanku.Anggun.Asri.
Begitu hijau segar.

kulihat wajahmu tak tunduk lagi, penuh percaya diri.

Asap mengepul dari permukaan cangkir juga dari tepi kertas pembungkus tembakauku.
Bruul...
Persetubuhan yang harmonis ,desahku sambil menghabiskan sisa sisa asapnya dari kerongkongan.Hingga kosong.

Kamu diam, melengos wajah , nanar memandang segerumbulan dedaun bunga kaca piring di sebelah kirimu seolah mencari sesuatu.
Lama bungkam membuatku sadar ada yang akan keluar dari bibirmu namun tertahan.
Aku jadi tak tahan.

Kenapa adik ?

masih diam.

sedetik pecah menjadi dua merangkum tiga sampai genap kelima. Amat ganjil.

Aku beranikan menyentuh heningmu.

Jangan perlakukan aku serupa ini adik. . .


Kamu menarik napas berat menahan berton ton beban dahak dari batuk.

Boleh adik mengajukan pertaanyan konyol yang kanak ,kamas ?

Lho ,memangnya ada apa? Aku mengernyit dahi curiga. Tak biasanya kami seperti ini.

Hm,gini, pernahkah mas berpikir untuk menjawab,untuk hari ini,besok,atau kelak, manakah yang akan kamas pilih ,antara adik tersayang dan tembakau tercinta ?

Bara kecil di sepertiga batang tembakauku menjadi magma seketika, aku menghadapi gelegar gunung berapi.

Ya,adik benar,selalu mengajukan pertanyaan yang membuat mati kutu.
Sekarang kamas mu ini mesti jawab apa ?

'kamas,setiap diri tak rela dirinya di duakan...

Aku sekarang yang membatu , keras serupa liatan vulkanik setelah ledakan dahsyat di bekukan udara.

Aku tak berani mendongak, tatapmu pisau tajam yang menghardikku.

Adik ,beri aku waktu ,
agar jawaban nanti bukan sekedar kegombalan belaka ,bukan kentutnya janji.

Berapa hari kamas ?
Mas ,mungkin ini egois,irasional,
punya pendamping hidup yang matimuda karena nikotin.

Siapa yang bilang hayo,
akan mencintai adik sampai nini nini,
...

Adiiik. . . .
Sikap konyol seperti inilah yang membuatku untuk tak pernah bosan jatuh hati berkali kali...

: padamu !

Tidak ada komentar: