Ia, tak henti dijumlahkan kilau uban//
yang sehelai demi sehelai jatuh menimpa ubin//
terperangkap gigil musim dingin//
begitu cara waktu menabung lubang//
sebelum es batu lelah dan meleleh//
lalu keangkuhan letih dan memilih //
tetes menjadi cairan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar