dilihat dari dalam adalah lampu-lampu kota, dilihat dari luar adalah masa lalu kata-kata
kisah yang tak sengaja masuk ke dalam mesin fotokopi
tak perlu lagi patuh pada pepatah,
yang selalu menyediakan rintang dan licin ranting,
yang selalu menjatuhkan kita agar patah.
selalu ada nasi yang membubur,
kesedihan yang lunas ditanak bibir.
kita tercabik takdir.
lalu dengan heran kau tanyakan,
bagaimana sepasang angan bisa saling mengekalkan ?
aku menangkap lanskap pandanganmu,
mendekapkanya pada jeda mataku,
karena bagi kedip mataku yang hidup,
selalu tumbuh julang antara,
bagi sepasang kutub,
bagi cahaya yang rajin membuka dan menutup.
percayalah, aku ingin engkau disana.
merentang bahagia.
itu sudah cukup.
aku memetik pendengaranmu,
yang kadang kabur dalam kabar,
debur dalam debar kedalam telingaku
yang semata liang-liang berisi ngiang.
sesabar gelombang radio dan si penyiar,
menunggu sebuah lagu nostalgia selesai diputar.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar