hari ini untukmu : ibu

".....selama matamu bagiku menengadah,
selama kau darah ngalir dari luka,
antara kita mati datang tidak membelah...."
(chairil anwar, dikutip lewat ingatan)



aku membayangkan ia hari ini sedang uduk di samping bebatu di tepi taman Sriwedari*. menyerahkan rambutnya yang sedikit putih mengelabu dirambati angin yang sesekali renggut mengena muka. usianya hari ini tiga puluh sembilan warsa. raut sabar itu tetap memrpelihatkan dengan tegas keanggunanya, keanggunan yang terjaga masih sama persis seperti dahulu yang pernah tertangkap oleh segenap panca inderaku kali pertama belajar mengingat.

selalu begitu dan ajeg,
tak sedikitpun kulihat ada yang pudar dari tekstur serat lapisan kulitnya,
tak ada sedikitpun penurunan kadar melanin \ yang kerap kusakaisan pada nyaris tiap tiap wajah menakin di deret etalase toko perhiasan dan busana, berubah warnanya menjadi coklat taar atau kuning keruh.

wajah wanita ini begitu tulus, tiap tonjolan dan cekung reliefnya seakan ingin menampilkan beludru lembut yang nyaman dalam menerima rebah bagi segala sesuatu. wajah yang tekesan dipenuhi motif arsiran kebahagiaan, seakan tiap apapun benda akan segera memahami bahkan, bahwa udara yang ia hirup dan ia hempas adalah gelembung gelembung mikro , kecil memang, namun berjumlah milyaran penuh kasih sayang dan kehangatan susana.

ingatanku kembali rentan.
kembali menyusur jalan jalan, alamat alamat, plang arah, yang ia pernah tapaki, yang pernah juga sama sama aku ikuti. ya, jujur.
sebagian usiaku sebagai lelaki memang telah ku percayakan untuk menguntitnya dari belakang,dan kalian tahu, ia selalu tersenyum untuk sifat kanakku yang satu ini, ia begitu paham mengasuh keluguanku yang bayi.ketahuilah, di tiap jengkal tapak yang ia toreh sepanjang perjalanan menuju sampai di taman ini, kaki ranumnya tak pernah alpa menyemai benih feromon sebagai penanda yang di lain waktu akan ku ikuti ketika aku berjalan diantara sumber gelap serta kemungkinan tipudaya rimba.

maka akan kuceritakan lagi smpai sejauh ini, tak pernah ku kahwatirkan lagi tersesatkan akar timang yang sering menjerumuskan bingung pada lorong labirin.atau godaan perilandak dan demit jejadian yang kerap jadi sawan ketika petang datang terlalu pagi. sungguh, tiap geraknya menuju taman ini adalah ruang ruang yang mengayomiku penuh dan sungguh sungguh. menjagaku dari dingi, dari terik, dari hujan,dari leleh lelah yang menggelambir sepaeti tangan druwiksa yang seringkali terbit di mimpi buruk,


ya, sekarang perhatikanlah, aku disini, jarak dua kaki di belakangnya, berdiri dengan getaran yang tak pernah berubah dalam mengagumi.dalam menghormati.

aku cuma bisa seperti ini ibu,
memandangmu penuh haru, menyaksikan senyummu selalu terkembang menjaga sebuah taman. taman yang tiap hari di hiasi delapan bulatan matahari. taman tempatku berdiri merindukanmu tanpa bisa menyentuh.
biarkan aku yang seperti ini melawan kesakitan usiaku.



ibu, selamat hari jadi.
yip kangen.
semoga Tuhan menjagamu dengan segenap kasihNya


Tidak ada komentar: