Dari matamu,
pernah kuambil lantas kutelan puluhan pijar lampu,
hingga sejarah persimpangan jalan ditubuhku bercahaya.
Suatu kali,
aku berusaha merelakan cahaya itu pecah menjadi gugusan pulau terpencil, disana cuma dihuni satu jenis musim hujan.
; kepanikan
kubaca lagi lorong lorong milikmu.
Tak kuasa ternyata.
Selalu saja jatuh saat jumlah langkahku nyaris menyamai jejakmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar