Hujan dini hari, Ping.
saat aku diam-diam menyerahkan diri
jadi kaca jendela yang tak lagi persegi
yang akhirnya malah sedikit sedikit terkikis lapuk,
coklat tanah warnanya
warna renta yang mulai susah menghitung memperkirakan jumlah
ingatan arah yang pernah ku kendalikan jadikan keping,
demi memungut langkahmu lenguh sepatumu yang kian pergi,
meninggalkan runtun suaraku tersedu di pojok ruang tamu
dan hidup ping,
memberi penggalan jarak pada keperkasaan tepi.
seakan menyembunyikan kebijaksanaan di balik jubahnya yang ajaib langit,
jubah pannjang mahaluas bergambar berhiaskan kupu-kupu sementara kakinya sedang hingap di pucuk bayangan daun sebuah pohon paprika trembesi
Keelokkan kecantikan yang membingungkan,
namun selalu meminta tangan
untuk cepat-cepat membungkusnya dengan kemauan.
Ping, hujan dini hari ini,
Mengirimkan, mencurahkanmenurunkan rintiknya perasaan sepinya
ke persimpangan, jengkal demi jengkal jalan di tubuhku yang lantas basah menggelisah.
Seperti akan menyambungkan rasa pahit
antara lembar gelambir epidermis
dengan tanda tanya tanda paling tanya.
Mustahil kan ping,
Kita merasa kehilangan dan menemukan
Dalam waktu yang bersamaan ? ? ?
Hujan,
Kutulis pesan ini,
Dalam basah,
Dalam pasrah,
Dalam ketidaktahuan bagaimana cara mendesah.
Semoga pesan ini sampai padamu, Ping.
Aku rindu.
--fla--
Tidak ada komentar:
Posting Komentar