wajah kekasihku hablur dan aku ingin berkaca
aku tertawa saat melihat tungkai mungil itu sibuk menghapus penanda.
lalu lilin-lilin menyala lewat jemari
membakar satu persatu wajahku di album foto,
menghanguskan senyum riangku dari replika bibirnya yang kelabu,
menjauhkan beragam jejak dari jalan kecil menuju halaman rumahnya.
kini kulihat betapa airmata itu sungguh sendiri,
kian sepi.
redam di cekungan dada.
tempat tergelap yang ia gunakan untuk sembunyikan peta,
agar,
rasa takut yang menyeramkan tak pernah bisa menemukan arah menuju kembali.
kini aku pohon.
menunduk.
menciptakan  hening.
-mengheningkan cipta-
*di lidah telaga, seorang  lelaki  merasa  telah  tuntas  menanti, 
merasa nawangwulan bisa terbang tanpa selendang yang pernah ia curi.*
foto  diambil  dari  dokumentasi  pribadi

Tidak ada komentar:
Posting Komentar