kebaruan

tak begitu paham arti pergantian tahun,
rasa penasaran tak pernah mencapai kesimpulan,
tahun yang menuakan usia atau usia yang mejadikan tahun renta.
detik ke detik.
penghambaan.
pertanyaan.
di meja, aku seperti menemukan wajah Rendra,
ia seperti ingin membangunkanku sebuah atap rumah dari puisi.
di atas sebuah lapak piring gendut penuh spaghetti ,
berusaha, mungkin akan
mengasingkanku jauh sekali dari duka wajah kota.

oh, lorong ini panjang sekali.
gelap dan ingin kutangisi.


dan aku besirobok dengan langkahnya yang henti.
aku sunyi dan batu.

bacalah !
tak.
engkau bukan jibril yang pandai menghardik, paksaku.
bacalah !
tak.
aku bukan nabi yang dianugerahi cemerlang wahyu, elakku

kumohon, bacalah,
sekali ini saja.
sebelum api terkecil di tubuhku dilumat cahaya.

oh, dia memohon ?
seperti kematian yang ingin sekali didoakan.

aku menerima sobekan kertas bekas bungkus rokok.dari ia.
huruf-hurufnya lentera.
tubuhku dipeluk kehangatan.
dijaga rasa aman.

dan lidahku merencanakan suara paling pantas :

aku pingin lepas dari racun kimia// aku
pingin kembali ke jalan alam// memperbaiki pengabdianku kepada Allah //
Tuhan, aku cinta kepadamu //


sekarang, meski aku sendiri,
semisal anak kecil yang dijauhi teman.
aku tak ciut lagi.
kubebaskan beban itu.
besamaan dengan ia yang pendar dan hilang dalam cahaya.


1 asyura, di tahun yang tak lagi kuingat.


====================================================================




keterangan :
teks berwarna saya kutip dari ingatan,
sebuah tulisan WS rendra yang ditemukan pada sesobek kertas , saat ia berulang tahun terakhir kali.












Tidak ada komentar: