Garis puisi.
Karna disangkanya huruf huruf telah kehabisan pena.
Sekarang dia mulai mencoba menarik kepergian imaji agar kembali.
Mengeja potongan kisah, melipat seribu satu macam wajah pucat dimensi.
Kongruenitas. Tiap bayangan merasa tak pernah nyaman dirinya divonis kembar, cuma sepetak absurd ,
malam ini dia kembali lagi.
Kembali menguntai rasa kata, kembali gila untuk yang kedua. Demi toleransi , demi hakikat yang kata suara sebuah mikro mutasi.
Dia bergetar hebat

Tidak ada komentar: