demi abad-abad
yang mesti kita panjat untuk
mengembalikan arus ke sungai muasal dongeng-dongeng tertambat, agar kita diluapi keinginan kita sendiri. semata-mata
agar kita tampak basah. kemudian engkau tahu, durgandini;
kucipta lenganku dari petalan kayu yang
patah dari bau amismu.
ikan-ikan merindukan caramu mengatasi
kesedihan. mereka berdoa dan berenang-renang
ingin engkau jadi benih yang akan mereka renungkan kembali. mereka
mencintai rambut airmatamu, yang merambat
seolah-olah ingin menjelma jembatan bagi seseorang yang diusir dari ingatan. yang kemana-mana selalu dituduh
sebagai pesakitan.
aku, akulah yang masih menjadi pinggir. salah menghitung bahwa musim kering semestinya
dimulai dari jari kelingking. bukan dari jantung angin. maka mudah bagi garis tangan kita menguapkan pertemuan di yamuna. pusaran yang
begitu paham bentuk ciuman gaib kita.
(maret 2012)
2 komentar:
Bagus puisinya mas AF... mampir ke blog sy mas kalau ada waktu http://irhamkusuma.blogspot.com/ mohon bimbingannya...
akan saya samabangi blognya, irham, makasih sudah berkunjung ya, takzim saya...
Posting Komentar