KAU TERUS BERLARI DIKEJAR BAB DEMI BAB INI

: Timun Emas


- Tak ada yang lebih raksasa dari kaki mimpiku
yang berkeras untuk terus memburu ribuan senyap sayap
kupu-kupu yang  berterbangan menuju kebun matamu
mata yang ditumbuhi barangkali demi barangkali,
yang membuat jejak perih ketika aku menyibak
rimbunan jarum demi mencari seruas jerami

- Tiba-tiba jalan menjadi tak begitu penting,
ketika bagiku engkau  tujuan dari apa yang
disebut orang-orang yang tersesat oleh persimpangan
sebagai  kekalahan.

- Satu-satunya cara melawan kesedihan adalah tertawa,
satu-satunya perihal yang mampu melengkapi kebahagian
adalah airmata
.
itu kubisikkan pada mataku sendiri berulangkali,
sebab tanpa keduanya 


usia mata tak akan sanggup bertahan lebih lama

-  Jarak  sengaja telah menjauhkan aku
sebagai laut yang liat, memandang engkau yang langit
agar tak bisa aku panjat,

- Kelak kau akan mengerti mengapa
tiap kali bermimpi
tak juga henti aku merakit tangga-tangga ini.
sebab usiaku semakin buta dan
tak ada yang bisa ditemui
sebelah mataku selain  dendam  yang batu
untuk menyebut keinginanmu
sementara separuh penglihatanku yang lain
bertahan dalam kepalan yang air
yang akan kau lihat sewaktu aku mencapai hilir,
sewaktu kau memilih tergelincir.

- Kapan?
ketika kau meyakini cinta adalah ibu
dari seluruh perihal yang menyakitkan.

(*catatan: puisi ini  terinsiprasi dongeng Timun Emas yang berkembang di Pulau Jawa)


(2011)

Tidak ada komentar: