MALAM-MALAM AYAH

tiap malam ayah saya mencuci dirinya. jam dinding persis di atasnya memberinya deterjen. ayah sudah cukup lama beriman kepada kebersihan, mengabdikan diri kepada yang berbuih. ia tinggalkan dirinya yang tergeletak kesepian.  dirinya ternyata ruang kosong yang tidak mau dihuni. 

: jendela, jendela yang menyamping, pisau di tangannya sudah tidak bisa mengingat waktu. tidak bisa mengingat kapan dirinya lahir untuk mengiris.

keluarga ayah kini putaran kipas angin, televisi yang tidak bisa dikecilkan suaranya, rak piring, dan sebuah penanak nasi elektronik.
ayah saya tidak pernah bisa memiliki gambar-gambar yang mudah tersenyum tapi sering terpeleset jatuh dari sebuah kalender karena ceroboh.

ayah menggosok sendiri punggungnya. punggungnya sendiri  yang sukar diumpamakan oleh diksi apapun, ia akan melingkarkan tubuhnya sehabis bepergian. ke kamar mandi terjauh. ke pagar rumah terjauh. ke tangan seseorang yang terus bergerak seperti kenyataan.


1 komentar:

Bagus Dwi Hananto mengatakan...

puisinya keren,mas...terima kasih sudah membaginya..