Ujud abstrak bernama kerinduan

Diluar masih basah bekas hujan.
Kamar yang menawarkan kenyamanan properti.
Dinding serba putih.
Slide berisi daftar panjang nama nama kerinduan.
Sst. . .Jangan berisik.
Puisi menawarkan igau yang bisa dipahat jadi gantungan baju.
Baju baju lama, sebagian cinderamata , percakapan literer , splash !
Ternyata masih bisa dinikmati dengan menyedu kopi,mengudap camilan.
Dan menjadi saksi dari waktu yang tumbuh senantiasa menghadirkan rasa haru ,ketika ingatan bertatap muka dengan episode tertunda dari ruang bernama reuni. akhirnya saling memuji, saling bertukar tanya ,saling membeberkan kebekuan diri.
Karna disana pernah ada perbincangan yang tak tuntas,
ada gambar hilang yang harusnya di lengkapi.

Ada kronologi kejadian putus putus yang acak untuk menuju purna.
Maka tawa itu menyatu dengan tangis dalam satu album.Mencatat sejarah kehilangan, mempetakan titik kepemilikan, delapan arah mata angin , curah hujan airmata , keberuntungan yang samasekali takterencana.Sampai halaman halaman penuh oleh ketidakmampuan mengembangkan judul baru,terlambat menyadari mestinya menaruh klimaks dimana , plot canggung karna flashback di dekorasi paksa menjadi karpet peragaan adibusana.

Kini cuma lampu terang.
Pada akhirnya menjadi cermin pemantul dari pipi pipi basah.
Dari kemauan yang kalah.
Nostalgia kata kata.
Perihnya minta ampun !

( selo raya , saat endemik ini begitu ngilu mengendap di antara pusara pusara ghaib )

Tidak ada komentar: