seorang perempuan di sana

Dan dia menunggu cintanya di dikursi lumayan panjang sembari menghafal puisi.

Kamas ,
aku masih bergetar menggenggam kunci.

Ia berdesah menguasai lelah. Berdoa agar malam ini cintanya tidak pulang kehujanan.Ia sudah dari tadi menjerang air menyiapkan mie instan.
Malam menggigil.
Deras mengucur di satu titik hitam.


Disiagakanya daun telinga untuk menyerap tiap sumber bunyi.
Berharap tertangkap ketuk sepatu.
Ah, itu pasti langkah maskulinmu ,kamas.

Tapi cerita berbicara tentang alur berbeda,
ketuk ketuk dibungkam sunyi , pengharapan yang mati.Hati perempuan itu mencoba melawan.Melampaui resah.



Kamas,
aku ingin menjadi pantai bagi perjalanan ombakmu.
Ijinkan setia ini kutasbihkan di rapat waktu yang kadang genit menggoda.
Ijinkan aku menjadi sebuah tabah , karena aku rasa kenikmatan dari duniawi yang paling indah adalah saat saat seperti ini . Saat dimana aku tak perlu menanyakan kepulangan, saat aku tak perlu bercuriga kemana kau telah bepergian.
Aku masih menunggumu.
Menggenggam kunci.
Gemetar.

Mengafalkan puisi peri.
Tetap menajamkan telinga demi berjaga untuk bunyi sepatumu.


( brumbungan,maret dinihari ,saat intuisi tiba tiba saja jadi feminim ,ingat adik )

2 komentar:

Anonim mengatakan...

ini bagus. hiks.

Arif Fitra Kurniawan mengatakan...

Hm,terimakasih untuk apresiasi tulusnya. . . ,selamat datang di taman sriwedari ,disinilah (mungkin) akan terlihat satu setapak , menuju rapatan sebuah dunia dibalik jendela.Penuh rasa menggoda.Lugas.Bernas.Kadang miris.Penuh kata kata. Sekali lagi wisanggenikecil mengucap terimakasih ,selamat datang di kemerdekaan diri .