Nak ,
maka kukisahkan perjalananku ini dalam Megatruh.
Sedalam dalamnya ,
ketika petang kutunggui senyum kalian berdua menyembul dari celah pintu rumah .
" . . . Ibu , kami telah mahir mengaji ! "
lalu tangan gemetar ini menuntunmu ke arah dipan dekat tungku , menghangatkan nasi jagung , menghanguskan ikan asin dengan arang kayu bakar dan abu, ibu paham perut buncit cacingan kalian sudah tak sabar menikmati kenyang.
Makanlah dengan lahap ,nak !
Ayo makan, biar kamu lekas membesar , lekas pintar dalam menghafal alif - ba - ta - tsa - jim.
Agar kelak keislamanmu tak di tuduh sebagai islam 'abangan' , pelengkap di susunan kartu identitas semata.
Ya, dan ibu cuma bisa seperti ini , membantumu tumbuh , menyediakan makanan 'penuh gizi'.
Berharap dengan perjuangan ini mampu menjadikan mahkluk cendekia.Tak sekedar cendekia ,tapi juga amanah , tapi juga tabligh , tidak membodohi orang orang bodoh.
Sudah kenyang nak ?
Manikam manikamku , tidurlah lekas , maka kuantar kalian dengan mitologi pewayangan . Tentang ibu kunthi , kisah durmagati , lalu ibu menjabarkan arti macapat . Sinom , Dandanggula,kinanthi,maskumambang, dan tentang perilaku adiluhung punakawan Semar Petruk Gareng Bagong.
Ibu terus bicara sendiri , menemani wajah pulas kalian , yang hangus karna asap dari lampu minyak tanah , wajah kalian begitu membuat ibu terus bertahan menguatkan diri .
Jika besok kalian bangun , maka telah kupersiapkan untuk menampilkan ketegaran.
Maka kuakhiri megatruh ini , saat malam nyaris habis dalam dengkurmu, dan suara kodok dibelakang rumah meyakinkanku untuk menyanyangimu tanpa ragu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar