Aku tak punya lisan untuk melukiskan hujan.
Telah ada jejakmu disitu memberi tanda koma,dan aku terpaksa membubuhi spasi.



Kita membiasakan diri untuk selalu kalah,menyembunyikan struktur wajah.
Malu.

-( tanda kurung )-

Sementara kau perlu tubuh untuk menyampaikan pesan,
dan aku,,sebatang rapuh yang untuk menjadi pena saja tak pernah bisa




kita sama,sebangun.



Sama sama membuat rajah,sama sama memintal tenung,sama sama memperhitungkan tiap detil almanak pergantian musim.



Sekarang kau paham,
semoga saja,



karna bangku ringkih ini tetap menjadi bayangan dibawah jendela.



Cuma bayangan.

Cuma halaman.


Cuma harapan.



Karna 4 musim terlanjur hangus kita bakar sendiri.



Cuma tersisa satu titik dan dua koma,selebih nya tak ada.

Tidak ada komentar: