Di garis dermaga, kilatan mercusuar yang silau. Laut mulai membadai. Dua bayangan di bawah petromaks saling berbicara.
Popeye : kau tak jadi ikut denganku Olive ?
Olive : hhh, selama ini, sebagai nahkoda, aku merasa kau tak pernah mengajakku
kemana-mana.
Popeye : aku ingin berlayar bersamamu, telah kubangun kapal, kurakit layarnya,
tapi kau seperti tak percaya. kau terus saja membelakangiku. kenapa ?
Olive : ....., karena untuk menerima ajakanmu, wanita perlu mempertimbangkan
rasa,
tak cuma logika. Begitu juga sebaliknya popeye...
Popeye : logika ? rasa ? sebagai pelaut aku tak pernah memikirkanya, yang kutahu
aku ingin membahagiakanmu. berlayar dalam satu kapal, menemukan pulau,
dan membangun rumah kita yang beratap rumbia disitu. Lalu aku pensiun
jadi pelaut dan akan
bertani atau berternak.dan kau memberiku bayi-bayi mungil yang rupawan.
Olive : ya, itulah alasan kenapa kita berbeda. ketahuilah Popeye, dalam dada
seorang hawa selalu bersemayam kebimbangan. Itu yang membuatku tak
yakin akan segala sesuatu.
Popeye : oh, olive, aku kian tak mengerti. apa mungkin karena kapalku terlalu
sempit, terlalu kertas, hingga mungkin logikamu menuntun bahwa
kapalku tak
akan muat kita naiki berdua, mungkin tak cuma berdua karena nanti
siapa tahu sebelum menemukan daratan, kita mesti berbagi kamar dengan
dua bayi ? .
Olive : aduhai Popeye, berkali kali kukatakan padamu, bersamamu , meski tanpa
perahu, berenangpun aku mau. Asal denganmu.
Popeye : Jadi olive, aku mesti bagaimana ? ternyata mengajakmu bersama dalam satu
kapal tak semudah menuang sekaleng bayam. dan mungkin juga sebagai
pengetahuan, untuk membahagiakan seseorang yang kita sayang, kita
malah mesti mengambil keputusan untuk memerdekakan rasa.
i'm not Popeye the sailorman.
tuuuu tuutttttttttttttt.............
cerita mandeg karena lampu sekarang benar benar jadi padam, dan lihat, dua boneka itu bercahaya, berkaca kaca.
gambar dipinjam dari sini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar