Tentang Segelas Air dan Sepiring Nasi

Mentang-mentang puasa, bahasan jadi berasa pasaran, kalau tidak tips tampil sehat selama puasa, menu bersantap bagi pengidap diabetes, atau wisata kuliner ngisiin ngabuburit, paling ragam reality show siapa mencari sesiapa, sebuah itu adalah akibat dari sebarang ini. jadi intinya semacam tutorial yang sekedar ikut, seenggak-enggaknya meramaikan antrean panjang mencari tiket ke surga,....

Tentang segelas air.
Sepiring nasi.

Saya cuma akan memberi efek zoom untuk dua obyek sederhana ini.ehem tapi benarkah sesederhana itu ? ya, kita sendirilah yang bisa menentukan presentase kuantitas penting enggaknya sesuatu. Dunia ini serba relatif kan ? miskin relatif, kaya relatif, senang relatif, sedih barangkali juga relatif. saya cuma memaparkan sisi pandang dari kemungkinan yang terbit pada diri personal saya. jadi ingat kemarin pas bareng-bareng buka bersama dirumah, ee ngga sengaja sambil menikmati cincau yang belum sempat di beri apapun, baik simple syrup ataupun es , mulut ini ngga mau diam.
kayak ngeluhin sesuatu . semacam perasaan ngga puas akan apa yang terhidang untuk berbuka hari ini. pada saat itulah, entah kenapa juga mata saya menangkap penggalan macam sinematrografi ini :

anak kecil tetangga kontrakan saya, berguling guling sambil berhisteria, nangis kenceng banget, ngga tau nya seperti bahasa tubuh anak kecil yang alami. mereka menangis kalau ngga sedang merasa sedih, tersakiti, kemungkinan ketiganya adalah : lapar !

deg,
selama ini saya merasa yang paling ngga beruntung.
selama ini saya ngerasa bahwa apa yang Tuhan kasih, ngga pernah suitable bagi saya.
selama ini, hidup saya jadi makin sempit saja berjejalan dengan keluhan.

dan kali ini,
di depan mata, saya saksikan,
sirkus kesedihan yang benar benar riil
seorang bocah nangis karena bapaknya yang tukang becak
telat ngasih uang belanja ke istrinya.
otomatis, belum ada beras yang dimasak, otomatis belum ada air yang bisa di jerang.
dan saya baru sadar sekarang.
ah, Tuhanku yang penyayang, harusnya Kau tempeleng aku saat terlupa gini,

memikirkan, bahwa untuk segelas air dan sepiring nasi yang amat sederhana pun, seringkali saya tak mampu memahami.

*kita jadi mudah berkufur sih.*






Tidak ada komentar: