Sahabat yang menangis

kriiiiiiiiiiiiing......................

Hari ini dia , seorang teman akrab yang jauh itu menelepon saya, sungguh suatu hal yang tak wajar, karena selama ini,
selama saya mengenalnya, dia jarang sekali menelepon, bercerita apalagi tentang hal-hal yang sifatnya pribadi, dan kali ini dia bercerita sambil menangis, malah suara tangisnya lebih dominan ketimbang esensi ceritanya, beruntung, telinga saya kali ini lebih lebar dari biasanya untuk mendengarkan, menampung dan menyaring dari segerumpulan kosakatanya yang ia anggap sebagai sampah. ya, saya telah bersiap menjadi tongnya.

hampir satu jam sesi curhat ala Oprah ini berlangsung, tapi tangisanya tambah menjadi.
sampai saya bilang padanya ,,

sudah jangan nangis terus, aku ngerti kamu sedih, tapi inget kalian berdua tuh beberapa bulan lagi mau nikah,, mosok sih ngga ada inisiatif
buat mencari titik temu dari semua ini,


sebenarnya saya tidak tega menggertaknya seperti itu, tapi mau apalagi, kadang dibutuhkan k e t e g a s a n menyikapi ini, masalah yang datang ngga melulu mesti di hadapi dengan kecengengan. saya sampai memberi tendensi pada suaranya yang masih terdengar seperti menghabiskan tangisan.

"iya, kamu bisa bilang kayak gitu karena kamu nggga ngadepin,..."

serasa mendapat pukulan aperkat di ulu hati, mendapati dia berkata seperti itu. teramat jitunya dia memuntahkan semua argumen argumen saya tentang makna kesabaran, survival ngadepin problema, uh, dan tiba-tiba saja saya malah merasa aneh dengan diri saya sendiri, merasa selama satu jam tadi saya cuma mengisinya dengan ke bullshit an. semua jadi bertolak belakang dengan segala konsep yang saya anut selama tentang pertemanan, begitu kontradiksi.

untuk sahabat saya itu, saya ingin bercerita juga. bahwa tak ada niatan apapun, selain menjadi telinga untuknya, untuk suara keluh kesahnya, lantas mengembalikanya lagi dalam bentuk interval nada yang tak jauh berbeda dengan apa yang di terima oleh telinga saya. cuma itu tok.

Karena kalau kamu mau lebih ngerti, silahkan kamu cari deh jawaban yang kamu mau se kehendak hatimu kemanapun, ama siapapun. Tapi bukan dari aku, yang selalu ngerasa pengen lihat sahabatnya tampil lebih bahagia, tampil lebih rapi, tampil lebih dewasa.

udah ah, jangan melulu nangis,
maafin aku.


*gambar diambil di sini*




Tidak ada komentar: