CERITA PANJANG CANGKANG KERANG

CERITA PANJANG CANGKANG KERANG

i
Aku bukanlah layang-layang
bergambar ular
yang di satu sore diulur
bocah kecil anak seorang nelayan.
Meski sama-sama jatuh
namun kau tahu jatuhku lebih gaduh.

Gedebuknya mengagetkan kerang-kerang
yang lantas malu ketika
hendak berpindah cangkang
di pantai kakimu yang selalu melajang.


ii
Tiap pantai mempunyai garis pertama
tempat dimana segala langit tahun bermula
juga kejatuhanku,
yang teramat lugas terjun dari atas.

Pasir-pasir milikmulah, menyusup
ke tiap inti segala yang pernah pecah ditubuhku
sebuah kejatuhan yang sejak mengenal kakimu,
dengan keyakinan mulai gigih menabung.

Dari jerih tabungan itu,
pergelanganku mampu mencipta jam
dengan peyok jarum yang
tajamnya terus menggerus ke kanan,
hendak menguras berisik ketakutan
yang tergenang sepanjang
malam-malam di pelabuhan


iii
Cangkang-cangkang kerang
lama sudah lunas mengering,
bekas luka-lukaku lupa
bagaimana pernah mengerang

Di kakimu yang selalu jernih
aku dengan nyaman
membenamkan benteng, kastil,
kapal-kapal, mercusuar yang disangka
anak-anak sedang berlibur adalah mainan

kakimu semakin jernih,
berbaringku semakin putih,
semakin mendidih.



semarang-februari



gambar dari sini

Tidak ada komentar: