SEPENGGAL CATATAN:
DI BALIK PENGUMUMAN TOP 10 DAN JAWARA CIPTA PUISI "KADO UNTUK INDONESIA"
oleh : Dewan Juri
Yadhi Rusmiadi Jashar
Assalamualaikum wr. wb.
Penghuni Rumah Puisi yang Terhormat,
Sungguh berat untuk menentukan sepuluh besar karya puisi para peserta cipta puisi "Kado untuk Indonesia", apalagi menentukan The Big Three dan jawaranya. Namun beban yag berat itu tetap diemban dengan mengenyampingkan unsur subyektifitas personal baik itu unsur perkawanan atau unsur perkawinan, perasaan atau perasanan (deal), dan kesilapan (kurang teliti) atau kesilauan (pada nama). Saya bersyukur, penyelenggara hanya memberikan puisi tanpa nama pemuisinya. Ini memudahkan otak bekerja tanpa terpengaruh hiruk-pikuk di luaran.
Saya pernah membaca bahwa keindahan sebuah puisi disebabkan beberapa hal, misalnya inovasi-inovasi dalam pengucapan, pemilihan teknik dan ketepatan ekspresinya, atau ekspresi yang dikandung dalam puisi itu sendiri yang banyak menggambarkan perasaan, pengalaman jiwa, ataupun tanggapan evaluatif penyair terhadap lingkungan di sekitarnya. jadi, ada benarnya perkataan Rifaterre bahwa puisi merupakan representasi dari realita kehidupan yang dipindahkan penyair ke dalam untaian kata indah. Dengan kata lain, puisi adalah tiruan (mimesis).
Membaca lebih dari 200 puisi peserta, beberapa catatan perlu dikemukakan di sini. Pertama, beberapa karya ada yang kuat di larik-larik pertama, namun mengendur di akhir puisi. Kedua, ada pula yang memaksakan diri berpanjang ria sehingga puisinya kehilangan fokus. Ketiga, sebaliknya ada puisi yang mengangkat ide besar yang hanya ditulis dalam dua atau tiga paragraf, dalam artian puisinya belum selesai, masih bisa dieksplorasi kemungkinan-kemungkinan mengembangkannya. Keempat, disayangkan sekali, ada puisi yang bagus tetapi kurang sesuai dengan tema. Kelima, terlalu boros menggunakan tanda baca, terutama tanda titik (.), tanda koma (,) tanda seru (!), dan tanda tanya (?). Keenam, gramatika (tatabahasa) dan eyd kurang diperhatikan. Walau, dalam puisi dikenal istilah penyimpangan gramatika dan Licencia Poetica, unsur ini tidak lantas harus diabaikan peserta (contoh yang paling nyata, peserta tidak mampu membedakan /di/ sebagai imbuhan; ditulis serangkai, dan /di/ sebagai kata depan; ditulis terpisah ). Ketujuh, Pemborosan ditemukan juga dalam pengulangan kata yang sudah disebutkan di muka atau mengulang menuliskan kata yang memiliki makna referens yang sama (contoh sederhana, klausa "aku berjanji pada diriku sendiri" dalam puisi cukup ditulis "aku berjanji pada diri", sebab kata /ku/ dan /sendiri/ sudah ada acuannya, yaitu "aku". Bukankah puisi adalah pemadatan?).
Penghuni Rumah Puisi yang Terkasih,
Untuk menambah wawasan kita, ada baiknya dikemukakan pendapat Rodman Phillbrick berkaitan dengan hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam proses menulis kreatif puisi. Pertama, perencanaan. Walau ada beberapa penyair yang tidak butuh ini, tetap saja kita harus meluangkan waktu 5 atau 15 menit atau lebih untuk merencanakan menulis puisi. Mulailah menulis, misalnya menulis sesuatu yang menarik perhatian. Bisa hujan yang turun, daun kuning yang luruh, air sungai yang mengalir, malam yang hening, Gayus yang plesiran, atau momen lain yang menarik perhatian. Kedua, memastikan bahwa objek yang ditulis penting artinya untuk dipuisikan. Ini sangat relatif. Ketiga, jika tiba-tiba sumbu-sumbu imajinasi di otak tersumbat, ide tidak mengalir, melakukan relaksasi penting. Berjalan-jalan sambil meregangkan otot di pekarangan rumah, melihat lalu lintas kendaraan, memberi makan peliharaan, merupakan bentuk-bentuk relaksasi yang justru ketika kembali akam muncul ide-ide segar yang memperkaya puisi kita. Keempat, liarkan imajinasi. Jangan terpaku kepada satu pengalaman jiwa. Cobalah mengaitkannya dengan pengalaman lain yang satu warna dengan apa yang hendak ditulis. Hal ini akan membuat puisi kita lebih kaya. Kelima, gunakan metafor. Dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan gunakan kata yang tepat. Hindari berpuas diri sampai kita merasa yakin kata yang digunakan sesuai dengan apa yang ingin diungkapkan.
Hal yang tidak kalah penting adalah melakukan revisi setelah kita selesai melakukan proses kreatif menulis puisi. Dalam tahap ini kita bisa melakukan perbaikan terhadap hal-hal yang kurang tepat dan kurang sesuai, dengan tujuan memadatkan. Kita bisa minta pendapat para sahabat atau melaukan peer-review terhadap puisi yang telah kita tulis.
Penghuni Rumah Puisi yang Tercinta,
Karya puisi yang masuk ke meja penilaian dinilai dengan indikator; kesesuaian tema (bobot 10%), kekuatan metafora/diksi (bobot 30%), keindahan puisi (bobot 25%), kekuatan pesan/makna (bobot 25%), dan pemilihan judul (bobot 10%). Karya-karya yang masuk, semuanya layak untuk menjadi pemenang. Hanya saja tidak mungkin seluruh peserta tertampung di dalam satu buku mengingat keterbatasan jumlah lembar. Bagi yang belum berhasil kali ini, tentunya kesempatan di lain waktu telah menunggu. Apalagi kabarnya dalam waktu dekat Rumah Puisi akan membukukan karya para penghuni Rumah Puisi. Kesempatan ini jangan disia-siakan. Hal yang terpenting, ajang ini telah merangsang kreatifitas kita untuk menulis. Kata kuncinya adalah menulis. Menulis dan menulis. Abaikan dulu penilaian. Sebab boleh jadi di tangan penilai lain, puisi Andalah yang terbaik. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, saya haturkan maaf bila karena saya puisi Anda belum terbukukan. Dan, dengan mengucap bismillah, berikut ini ditetapkan "sepuluh puisi terbaik" dan jawaranya yang pada waktunya akan diumumkan Ady Azzumar sebagai penyelenggara cipta puisi "Kado untuk Indonesia". Demikianlah.
Salam hangat selalu dari YRJ.
Wassalamualaikum wr. wb.
Dan inilah:
DAFTAR SEPULUH BESAR (NOMOR URUT BUKAN PEMERINGKATAN)
- Metafora dalam Bingkisan Air Mata : OLEH : FAKHIRA AKASIA
- Pada Jantung yang Keropos OLEH: HYLLA SHANE GERHANA
- Datang tak Dijemput Pulang tak Diantar OLEH : HUSNI HAMISI
- Kunyanyikan Lagu Paling Gula OLEH ARIF FITRA KURNIAWAN
- Indonesia dalam Naungan Doa Kami OLEH: MUHAMMAD HADDIY
- Yth Yang Mulia: Mr. Rich OLEH : FIYAN ARJUN
- Dang Sendang Kopi Malam, untuk Indonesiaku OLEH: ARKITAN JS SANISTA
- Kau Aku untuk Negeri OLEH: DALASARI PERA
- Luka Tanpa Nama OLEH : RADITYA USRA...
- Jalan Menikung Ke Limbur Mengkuang OLEH: JUMARDI PUTRA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar