Sebuah disempati

Aku cuma diam,
surya,anak kecil kelas satu SD itu dihajar sampai berdarah oleh kakaknya.
Aneh,kulihat kali ini dia tidak mengeluarkan airmata sedikitpun.Aku penasaran.Adakah hajaran kakaknya selama ini menjadikanya imun,membentuk dinding halus yang kalau tiap hari di lapis maka akan menebal.Ah,sakitkah ia, pedihkah ia? Rindukah ia pada emaknya yang merantau ke jiran? Mengigaukah ia menyebut nama bapaknya yang mungkin tak pernah ia kenali wajahnya.Sekarang aku yang seperti dihajar rasa bersalah.Rasa apatis menyaksikan wajah anarkis,seolah tak percaya,bahwa anak sekecil surya, telah diasah menjadi pisau ,telah di serut sedemikian tajam.Tinggal menunggu waktu saja ,kulit siapa yang bakal robek karna sayatan.Saat epidermis kestabilan emosinya terkelupas lupas , saat ia sendiri akan meledakkan dirinya sendiri dalam kungkung isolasi sebuah trauma masa kecil.
Aku tak berkedip.
Lantas airmataku leleh.
Aku lebih cengeng dari seorang surya.

Tidak ada komentar: