Saat puber itu datang lagi

Diantara lampu bohlam berlapis kertas minyak merah muda.
Kamu berhasil mempercepat intensitas debarnya.
Jantungku menyala nyala.
Riang , seperti yang selalu kulakukan saat merapikan dasi , merias cinta di permukaan kaca.
Lalu tak capek-capeknya aku akan membersihkan berulang ulang , lapis tipis debu , kalimat rindu.
Djeng,
di depan cermin , sambil melirik gambarmu di pigura,
mendadak aku menjadi lelaki paling gagah abad ini . Melebihi Achilles , meremehkan Herodotus.
Berjingkrak jingkrak memegang sisir ,seoalah olah Elvis Presley mengebohkan panggung paduan suara.

Djeng ,
aku membuktikan diri untuk tegap , agar konsep rasa ini tak cuma himpunan kotak kotak berisi kejenuhan kata.
Tak sekedar tubuh verbal yang surealis.
Dan diantara pesan tersirat itulah kamu berada.
Mengaduk aduk , kegairahanku.Mengkombinasikan empat warna ajaib di halaman buku.
Djeng,
di kaca , aku melihat babilonia tergantung asimetris ,
aku jadi ingat poni mu,
aku jadi ingat pipi lesung mu,
aku jadi ingat bahwa aku mudah sekali jadi pelupa.

Inikah puberku yang pertama ?

2 komentar:

Johan Bhimo mengatakan...

Berkunjung...aku melihat babilonia tergantung asimetris? Aku melihatnya simetris,Bung! Hee.. -JBS-

Arif Fitra Kurniawan mengatakan...

Ayaya ,terimakasih atas kunjungan Tuan, silahkan menikmati racikan kata sambil minum kopi : mungkin pahit ,mungkin hambar , mungkin manis .Tapi kopi tetaplah menjadi kopi selagi dia dominan hitam .