Untuk yang selalu kukagumi ,
telah kita bangun baris aksara yang tiap hari berjajar saling menguatkan.
Untuk hangat yang kita bagi secara adil , lantas kerling keibuanmu meminta ijinku agar pangkuanmu bisa menjadi rumah.
Rumah yang mungil ,
yang di dalamnya , jika aku menyebut sebuah nama, maka tiap harapan niscaya akan menemukan pasanganya.
Aku mencari keseimbangan , maka kini kusayangi jiwamu ,maka tak ada keraguan di dadaku yang tak bidang ini. Karna aku terlanjur merasa gagah saat mengayomimu , melengkapi celah feminimmu.
Djeng ,
aku tak memaksakan diri untuk dipercaya,
aku cuma meyakinkan diri : aku ada.
telah kita bangun baris aksara yang tiap hari berjajar saling menguatkan.
Untuk hangat yang kita bagi secara adil , lantas kerling keibuanmu meminta ijinku agar pangkuanmu bisa menjadi rumah.
Rumah yang mungil ,
yang di dalamnya , jika aku menyebut sebuah nama, maka tiap harapan niscaya akan menemukan pasanganya.
Aku mencari keseimbangan , maka kini kusayangi jiwamu ,maka tak ada keraguan di dadaku yang tak bidang ini. Karna aku terlanjur merasa gagah saat mengayomimu , melengkapi celah feminimmu.
Djeng ,
aku tak memaksakan diri untuk dipercaya,
aku cuma meyakinkan diri : aku ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar