Rumah Tanah

Disinilah rumahmu,
yang dahulu sempat kau pamiti sewaktu hendak pergi.

Dan temaram berhasil menghias cekung matamu yang nyaris rapuh ,
runtuh.

Dimana ia ,
yang kau cari ?


Kau melempar bekal ,
lantas berujar

:aku ingin lelah

tapi tak semudah yang di harap,

ya, aku tahu.
Perjalanan membuatmu mesti berhadapan dengan ingatan.
Juga rasa haus.
Juga hampa udara.
Kampung halaman.
Gigil kerinduan.

Matamu rantau yang siang malam membayang udik !


Disinilah,
potongan rambut kanakmu sengaja kupendam, menemani kendi , beras kuning , darah ayam cemani.

Mengikat kebebasanmu menjelajah dunia ,
bahkan antariksa.

Lalu ke arah mana ,kembali ?
Kalau bukan kesini ?


- sensitivitas manusia -

Tidak ada komentar: