Malam kutukan

Dia membenci malam ini,
malam penuh nikotin,
parfum jasmine menyengat,
malam penuh khayali tentang Om Om yang akan datang dengan kantong setebal karpet di balai desa.

kantong yang isinya akan membuat mulutnya merintih mengutuk dirin sendiri,
malam yang membuatnya seperti seorang Drupadi dalam pentas wayang orang 'Pandawa Kalah Judi',
sama sama menyembunyikan kesumat ,

-mati saja kau Dursasana !-

Kucucup mbun mbun -an mu seperti seorang lacur menyanyat bungkus plastik karet kontrasepsi.

Dia masih menanti malam ini ,
dia ingat anaknya di rumah belum sempat makan,dia hampir menangis,tidak jadi.Pahit dalam hidup itu pasti ada , tapi menangis itu adalah pilihan. Dan ia memilih untuk tetap teguh,seperti ia juga telah memilih mengorbankan tubuh plastiknya,wajah menakinya , pada Tuan tuan pengasuh binatang. Ia adalah ikan mainan di akuarium ,siap diambil,dinikmati.
Tapi seperti yang lain,dia ibu yang baik bagi anak yang baik cuma dengan nasib yang kurang baik.

Tapi ia tetap ibu bukan ?
Lantas siapa yang berani mendogma air susunya haram ?


Bibir berlipstik tebalnya merekah ,
tersenyum dipaksakan , tersenyum untuk satu kata bernama kehidupan.


Tiktok tiktok , sepatu hak tingginya mengetuki trotoar , menghampiri sebuah taksi.Sebuah wajah bulat berkumis nongol dari jendela.


Ah,terimakasih Tuhan,
habis ini anakku dirumah bisa makan. . .
( dalam hati,dia entah berdoa atau meminta , )


semarang , 2 mei.

1 komentar:

Johan Bhimo mengatakan...

Teruslah berpuisi,kawan!
-JBS-