Rintih Banowati di malam hari

Baiklah Duryudana ,
Telah kau nikmati tiap alur tubuhku di malam hari . Ketika aku menjadi pedih yang menyuguhkan anggur bagi kemabukanmu, atas nama pengabdian seorang istri . Yang terus terusan mengangguk ,merapikan tusuk konde, menggigit tepi bibirku sendiri sampai berdarah.
Kini dapat kau masuki jendela jendela ini , lelubang dari pintu pintu ini.Dan seperti sudah menjadi watakmu , kau lebih bangga menjadi ular yang mengijinkan berbagai macam cara ,daripada memilih tercampakkan dari kasta.
Dan aku ?
Akulah tubuh yang dari mulutnya tak pernah berhenti mendesiskan mantra , kutukar perasaan mahakuatku akan Kakangmas Harjuna, dengan merelakan tubuh ini menjadi pasangan nafsumu.
Ya, aku tubuh yang di hadiahkan Harjuna , tapi ini atas dasar cinta , cinta penuh hasrat yang melingkari tiap balut kemben yang menutupi belahan dadaku.
Perlukah kuperjelas kedukaanku ?

Oh,Dewata,
aku seorang putri yang kehilangan keharumanya.
Karna lebah jalang ini ,
aku tak pantas lagi berkaca dikolam bening tamansari.
Aku rela terdera karmamu ,
tak kutakutkan lagi kutukan yang akan mengubahku menjadi manusia setengah gandarwa,
saripatiku terlanjur api ! !

Kakang Harjuna,
tiadakah pembelaan akan ini ?
Perihal keberadaan perempuan yang separuh harga dirinya diperkosa. . .



( : semarang , wayang saya menangis lagi )

2 komentar:

sam mengatakan...

Banowati sangat mirip dengan Ratna Komala Ayu yg saya tulis, saya 'iba' melihat dia dengan cintanya

Arif Fitra Kurniawan mengatakan...

Ya, kita memang kerap kali iba terhadap kekolosalan sebuah cerita ,tanpa bisa merubah jalan cerita tersebut. . .
Terima kasih untuk kunjungan kisanak. . .