Salah satu yang
saya lakukan untuk
bersenang-senang ketika liburan
adalah membaca sajak-sajak
(berbahasa) asing. Kadang di tengah membaca
tersebut timbul keinginan
untuk menuliskannya dalam
bahasa Indonesia. Tidak bermaksud
apa-apa, selain ingin
membuat kan “komunikasi intim”
bagi diri saya sendiri kepada sajak milik orang-orang
asing dan sebaliknya.
Dan titik jarak
antara membaca karya-karya
mereka dengan aktivitas
menuliskanya dalam bahasa
Indonesia menjadi bentangan
sebuah tempat yang
menyenangkan. Sebuah tamasya bahasa. Liburan (baca:
tidak berangkat kerja
ke kafe) kali
ini saya pergunakan
untuk bertamasya menelusuri
rawa-rawa, surga, pantai—laut—bukit—teka-teki
dari sajak-sajak
Edgar Allan Poe. Ada empat buah sajak yang saya terjemahkan bebas di blog ini. selamat menikmati.
Impromptu - To Kate Carol
Ketika dari mutiara pikiran kau
aku ubah
Menjadi utuh bulatan-bulatan, hati
kau bermadah,
Mustahil aku
tahu mana lebih tinggi
dari dua hal
ini –
Kilau pikiran paling sa—dar ,
atau kilau mata kekasih paling
da—sar
[Edgar Allan Poe]
Enigma
Sebutan paling
bangsawan dalam
perumpamaan
Yang bekas
tangannya tak mungkin
ditawar oleh hitungan
Seorang moralis
yang memiliki muka
sopan
Pikirannya pemajang palung
ilmu pengetahuan ;
Penyair sabar berlidah
kata-kata asing
(ini kita
tahu dari cara
dia menyanyikan
lagu-lagu)
Kecerdasan dari
seorang penyair liris
namun tak diakui
Dalam
keterpurukan dan kejayaaan
abad-abad usia kita
Ia pangeran
yang menguasai keserasian dan
kegaduhan
Penulis lakon
kuno sebuah kemasyuran
Penyair yang mampu mewarnai
tangan angan-angan
Dan ia
yang lagu-lagunya mampu mengembalikan waktu
Sekali lagi
menjadi sebuah ingatan
kesedihan purba