Selamat ulang tahun, mamak. sehat dan sehat dan sehat dan sehat dan sehatlah selalu. saya selalu kuatir dengan tubuh kamu yang mesin dan perkakas itu. terima kasih sudah tabah menjadi seper--berapa (?) bagian dari kami. saya jadi ingat, pernah menulis sebuah puisi tepat di hari ulang tahun kamu ini. puisi yang juga kebetulan pada akhirnya termaktub dalam antologi Temu Sastrawan Indonesia IV; Tuah
Tara No Ate. Selamat Ulang Tahun ya. Peluk dari saya yang hangat sekali.
Tara No Ate. Selamat Ulang Tahun ya. Peluk dari saya yang hangat sekali.
KALKULATOR YANG MENGHITUNG USIA DI TANGGAL 8 JUNI
diam-diam
aku keluar
dan
memasang ini jaring serta jangkar
ke tulang belakangmu”
di
dalam baju kurung panas napasmu itulah
terus
aku memperkirakan ikan-ikan yang
akan
jatuh cinta pada mata kail
yang
kau nanti kerlip sisiknya dengan
ujung
pisau menggigil
sementara
aku ingin lekas kau menggulai mataku
dengan
bumbu-bumbu yang tumbuh dari bibirmu
tak
sabar kau mandikan
agar
ketika bermain dengan teman-teman
agar bau badanku
menguar segar
sore
ini jam di tanggal tujuh menguapkan
jarumnya
ke langit,
kau
kesulitan menghitung curah rasa sakit
tak
ada lagi waktu di tubuhmu
tubuh
yang enggan
marah
meski makin banyak
tanggal
delapan yang jatuh dan pecah
dari
masa lalumu,
akukah durhaka yang tak mau mengelap
perihal darah itu?
diam-diam
aku mengambili kalkulator-kalkulator
yang
jatuh dari langit dan tertangkap di jaring dan jangkarku
telah
kusiapkan kertas kado untuk membungkusnya
sebab
aku tahu, selama ini kau terpaksa memotong
jari-jari sendiri ketika aku nakal bertanya
tentang
hutang budi yang endap sebagai akumulasi
berharap
kau membukanya besok,
ketika
pagi menjadi lebih juni dari puisi-puisi sapardi,
lebih
juni daripada mimpi yang cuma
berisi
barangkali demi barangkali
- Kampung Brotojoyo, Juni 2011-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar