MENGISAHKAN KAMPUNG



ibu, akan kemanakah pohon-pohon itu, ibu
pagi bergegas ingin lekas menyungkil
segumpal tanah di raut sepatu bootku

tak bisa aku selesaikan sendiri mencabut
tulang-tulang yang separuh perihnya
masuk menancapi peri kemanusiaan

kau tertawa. kata kemanusiaan sengaja
aku buat agar kau kenakan lagi
kebahagiaan yang tak lihai menipu
dan kerap jatuh ke rumput-rumput
yang menyembunyikan lunak masa depanku


: jika kelak pecah, kau tahu manakah
antara kiri dan kanan  dari pematang sawah

yang bisa kau tuduh jauh lebih bersalah

di kampung ini, ibu, harapan terdengar
menyerupai belas kasihan yang turun-temurun
kau ceritakan dalam selembar kekeliruan


Ngrancah, Juli 2014

Tidak ada komentar: