MALIN KUNDANG : muat di SUARA MERDEKA , minggu 29 agustus 2010


MALIN KUNDANG

bukankah seperti ini ibu,
pernah kuyakinkan padamu.
tentang rambutku yang jatuh dekat dermaga,
tentang bau tubuhmu, nguar dari pelepah kayumanis,
cengkih dan kapulaga.
ah, ingin sekali aku mengantarmu.
melewati geladak kapalku.
memasuki bilik dan serambi yang dimiliki jantungku,
cuma terpasang gambar hitam putihmu disana.

andai saja, jarimu tak tergesa menunjuk-nunjuk.

bukankah seperti ini ibu,
cat belia yang dikirimkan senja.
kau duduk disamping jendela,
menyaksikan jasadku terbungkus tembaga.
makin teliti tanganmu menjahit.
pangkuan berisi lengking dan jerit.
sampai akhirnya aku diam.
tak pernah lagi berisik.

ibu, berhentilah menangis.


semarang, 13 Agustus 2010





**gambar saya pinjam dari sini


Mampukah kita Ina

ssssttt, udaaaah, jangan  lagi  meriang meriang, 
makin  kurus  tuh  badan, yang  ada  sakit sakitan  mulu
tiap  malem  ngengigauin  imam,
seandainya  datang  imam,  yang  bisa  memimpin  kamu  sembahyang.
sambil  nunjuk  nunjukkin  3  jari  aku  bilang :
sebentar  lagi  kok,
cuman  tinggal  segini  doang.
lagian  kamu  udah  tau  kan  bagaimana  cara  " meng IKHLASKAN " ?


bebasin  diri ,  merdekain  hati.
ia  tahu, masing  masing    nama  kita  ngga  geser  kemana-mana,  ina.
ia  tahu  takaran  paling  proporsional  ntu  kek  apa.


sekali lagi : Puisi puisi saya nampang lagi di KOMPAS.COM, terbit selasa 24 Agustus 2010

BAGAIMANA MERAYAKAN KESEDIHAN

tiap pagi kita temukan bau hangus,
tiap pagi kita temukan serpihan abu.
dikamar.
ada saja salah satu dari percakapan kita yang memar,
seperti habis bertukar dengan kata-kata kasar.

berkali kali ini kita bahas,
licin sudah kuas.
menyapu debu dan getar haru.
bagaimana kita merayakan kesedihan.
sayangku. aku kehabisan cara,
selalu gagal membakar airmata.

*** ***



JARAK

pernah ia minta pada kekasihnya
untuk menghisap sekat.
kekasihnya berkerut kening; untuk apa ?
ia cuma cekikikan,
agar bau badanmu bisa kuikat.
agar kalimat kita bisa saling berhadap.
wajah kekasihnya,
yang menyimpan petasan dan kembang api itu,
tiba-tiba merayakan malam tahun baru.


ia,kekasihnya itu,
betapa mati-matian menghimpit jarak,
mengubah tiap kilo kedalam mikro,
mengatur sendiri skala yang telah dibuat manusia
tapi betapa sunyinya ia,
betapa pipihnya dunia.
tak ada lagi siapa-siapa.
selain ia serta kekasih yang terlanjur terkurung,
dalam rongga iga yang melengkung.


**** ****


waaaw .... bulan !, kalo jatoh pelan-pelan yaaak, biar saya saja yang tetap jadi katak melompat menggapaimu.



( salamsuperduper dari wisanggenikecil.

ehem, terimakasih teman teman yang selalu mendukung saya ,

terimaksih telah ada untuk saya, terima kasih telah mengijinkan saya menjadi bagian dari kalian .)





RUMUS LAIN


RUMUS LAIN.


1//
Jika jarak adalah hasil kali
waktu dengan kecepatan.
maka cinta adalah hasil bagi
antara rasa menang sendiri dengan sisa kesabaran.
ia tak terikat sedang menjauh atau hampir mendekat.


2//

konstruksi bidang segitiga,
menurut para cendekia merupakan
teori terkuat penyangga beban,
melebihi kuasa setengah lingkaran
maka para tukang batu dengan penuh iman,
segera membangun rumah,
menara
dan pusat perkantoran.
barangkali cuma cinta, yang melulu rubuh.
ketika konsep segitiga diterapkan.
tak berdaya berebut perhatian.


3//

jumlah air dalam gelas,
akan berkurang persis seberat batu yang ditimpakan,
sementara sisanya berceceran.
maka cinta, selalu saja stagnan.
seberapa ratus ia ditimpa kesalahan.
tak ada sisa.
tak ada jerit kesakitan.
yang ada cuma keinginan memaafkan.


4//

berabad-abad lampau, manusia berlomba.
membangun kapal dan melakukan ekpedisi.
mencari bukti sebulat apa sebenarnya bumi.
ya, mereka berhasil.
buktinya, kapal mereka tanpa berbalik arah,
berangkat dan pulang di dermaga yang sama.

sejauh ini, belum ada yang berani memperkirakan
cinta sebenarnya seperti apa.
ia lurus atau melengkung
ia rona gembira atau airmata
ya, semua gagal. buktinya, tak pernah ada yang tahu
memulai dan akan mengakhirinya dimana.


catatan : ini sekedar hipotesa pribadi,
kelak pasti akan ada yang memperbaharui. tralala trilili,......


*gambar diambil dari sini

heran  aja,  saya  makin  nyaman  dengan  bermalas malasan.

KURSI RODA MILIK PEREMPUAN LUMPUH DI SEBUAH PANTI

perhatikan pohon mahoni disana, kekasihku.
dulu kau pernah menanamnya,
seperti menanam kegembiraan usiaku,
tepat di bawah telapak kakimu.

setahun.
dua tahun.
tahun berembun.
sampai kita tersadar.
sebenarnya tahun tahun
tak pernah
menggelembung
dari firman tuhan.


tahun tahun lahir dari punggungmu,
yang tak pernah berpaling dari tulang igaku
sepanjang pagi siang malam,
mereka erat dalam pangkuan.


kini, bisa kau lihat senyum anak-anak kita,
yang terbit dan tenggelam dari pigura.
menjenguk, membawakan pertanyaan.
yang itu melulu.
alangkah membosankan.


setua ini, kenapa masih bertahan untuk sendiri ?


kita jadi kecut, saling pandang.
tak tahu siapa yang mesti menjawab mula-mula.


punggungmu,
atau igaku lebih dulu.



... ... ...

saya sangka ia nenek saya. semarang juli 2010.


gambar diambil dari sini

AF kurniawan :Kompas.com-- Rabu,4 Agustus 2010

MATA IBU

#1

mata ibu tiap sore jadi pelangi.

seharian ia masukkan beragam warna

dari kotak televisi.

warna warna itu adalah baju dari

tiap program mata acara.

kilas berita.

dan selingan pariwara.

aku jatuh hati pada mata ibu.

mata ibu mengingatkanku pada

dongeng perselisihan hujan dengan matahari.

andai saja,

ibu juga paham,

bahwa perselisihan bisa diakhiri

dengan semburat keindahan.

tentu ibu tak mungkin meminta

pada ayah untuk diceraikan.


#2

mata ibu menjadi buku di malam hari.

lebih letih dari tiang lampu jalan raya.

yang berbagi penerangan

pada pejalan kaki,

maupun pengemudi kendaraan.

sengaja ia masukkan

berbagai macam halaman, judul koran,

daftar isi, indeks, bibliografi.

juga sedikit kalimat yang disadur

dari ungkapan lisan.

jadi manusia itu mesti berilmu,

demikian sering ia ucapkan padaku.

aku jatuh hati pada mata ibu.

mata ibu mengingatkanku pada sebuah dongeng,

tentang sebuah kutukan yang berakhir karena

dua tokohnya saling memaafkan.

andai saja ibu mengerti,

bila menerima kembali juga bagian kebijaksanaan.

ibu tak mungkin menyimpan dendamnya pada ayah

sampai pangkal tenggorokan.



***



puisi 'MATA IBU" diatas adalah salah satu puisi saya yang numapang nampang di kompas.net. diterbitkan rabu, 4 Agustus 2010.


ah, katanya, garis adalah semacam bangunan yang terbentuk dari jutaan,milyaran titik titik kecil tak terlihat mata,

tapi petang ini, kenapa ya , saya bisa melihat titik mikros itu sebesar boneka : indah banget...



klik disini buat yang ingin melihat puisi-puisi lain yang numpang nampang di kompas.com itu.







MABUK

kau dimana //
aku berpesta dengan sendawa//
haik//
hujan makin kilau//
menjatuhkan pisau demi pisau//
haik//
berdiri. sempoyong lagi//
berdiri.sempoyong lagi//
haik//
akhir perlawanan//


hujan-hujanan//



semarang. dikamar.


kau tak tahu,
sakitnya mata yang terlanjur dihuni sepasang insomnia.
-- SEPERTI INI --