Demi yang menggantung tinggi,
putih sunyi
tiap orang akan mati-matian sudi
memanjat seluruh tebing kaca
hendak tahu betapa
mukjizat yang menyusup lewat salib kayu
di ubun-ubun sebuah gereja alangkah menggoda
Tapi barangkali, kau juga sudah
bosan
terhadap kesakitan yang diulang sebagaimana
bulan Desember atau bulan-bulan lain asing
jatuh terpelanting
Sementara sebentang langit di pagi
hari murung
tak bisa menyentuh perangai tanganmu
yang keras kepala memperbesar bara api
di bawah pemanggang roti
Duka masih saja terus menganga
mengolok-ngolok nasib kita, katamu yang lantas
berdiri membersihkan sisa cangkang telur
sembari tetap mengira malam nanti, seusai misa
kita semua akan mati di medan tempur
Aku mengisap kuat-kuat bau pahit panili
yang merembes dari tengkukmu
sebelum nanti dirampas oleh
angin musim dingin yang telah lebih dulu
mengepung kota hingga para tetamu
tak bisa memuji kudapan luhur milikmu
Semarang, 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar