TUKANG CUKUR



Kau larang  kami  sebagaimana Khidir  bermata batu
Menghardik  Musa yang lancang bertanya di sebuah petang
Tentang wahyu yang tak juga menghanguskan kepala.

Padahal dengan seluruh cermin kau ajari kami membenci.

Di antara kenyataan yang serba terbalik, aku bertahan
dari godaan sisir setengah centimu yang berjuang agar
 aku dan sahabat-sahabatku  tergelincir dan buta tak lagi bisa
memilih  rupa-rupa pahala.


Kami akan terus jadi penganut  yang tekun  belajar
mencintai jari-jarimu  yang tak pernah gemetar 
menyangga  mimbarmu  yang sebentar.

(Gayamsari, Maret 2015)

Tidak ada komentar: