aku dan mata nenek

1//
mata nenek yang teduh,
mengijinkanku menjadi anak kecil dan tinggal lebih lama disana.
di lingkaran hitam itu,
aku mulai menanam beraneka macam luka.
tumbuh, merambat, dan menjadi pagar di halaman.


2//
ia sering memangkuku,
memasangkan sarungku yang kedodoran
sebelum magrib datang dan aku akan berlarian.
sambil berteriak teriak selancang kentungan.
dan nenek dengan gigi depan yang menghitam karena mengunyah sirih mendengungkan gumaman ,
: awas cu, nanti alat kelaminmu kelihatan.


3//
malam hari, sepulang mengaji,
biasanya nenek menyambutku sambil membersihkan kacamata.
ah, betapa debu debu itu telah lama menjadi pelapis bibirku.
membuatku sering keliru dalam membunyikan susunan kata.
aku berjalan mengikuti punggungnya,
lalu kami duduk berdua di serambi.
nek, aku ingin masuk lagi ke matamu, kataku.
nenek kaget dan seperti ingin menyergahku.
apa yang ingin kau petik dari sepasang mata renta ini ?



4//

aku tak ingin memetik apapun,
aku cuma ingin tinggal disana.
nanti setelah aku masuk kesana, tolong cepat dijahit saja mata nenek,
serapat mungkin, seyakin mungkin.
agar tak ada yang memaksaku menjadi dewasa seperti ayah dan ibu.
setelah itu, setelah aku masuk kemata nenek, setelah kulit kelopak itu dijahit dengan rapat,

kalian tahu,

aku cuma mengenal satu macam warna : kecemasan.


Tidak ada komentar: