1
dimana kita,
saat aku merasa jarak ini telah menjadi labirin sunyi.
dan aku kau tak kuasa menahan hempas badai paling sendiri.
kau meminta diri untuk diam,
dan aku setia membujur di depan halamanmu yang jantung itu,
masih dengan hujan yang sama,
masih dengan geletar yang kemarin.
menunggui wajah mawarmu melongok tubuhku yang gigil dari terpal jendela.
entah sampai kapan......
2
hari terpintal
menjadi telikung asmara yang memendat kabut.
maka dari itu,
mungkin,
kau tak pernah lagi melihatku bertarung dengan rasa takut,
dan berkali kali aku jatuh.
disana kau bekerja keras melawan rasa sakit, menetralkan dirimu sendiri dari bisa kehilangan.
aku kian terjerembab pada diding buram pertanyaan.
sedang menjauh atau sedang mendekat.
aku tak tahu, sungguh.
3
tak ada pengharapan.
tak ada pertanyaan,
karena aku ternyata tidak sedang kemana mana.
selain menikmati tiap maut menyeret orang orang yang kau cinta,
tanpa berbuat apa apa.
dan kau entah kini memandangku akankah seperti kemarin,
karena yang aku tahu kelopak matamu cuma menyisa lubang maha gelap setelah kehilangan itu.
mampukah lagi kau mengenali ornamen wajahku ?
4
jarak ini,
waktu ini,
dinding ini,
pintu ini,
tak pernah bisa ku lompati sendiri.
seperti kau.
5
trakk.
dimana kita,
saat aku merasa jarak ini telah menjadi labirin sunyi.
dan aku kau tak kuasa menahan hempas badai paling sendiri.
kau meminta diri untuk diam,
dan aku setia membujur di depan halamanmu yang jantung itu,
masih dengan hujan yang sama,
masih dengan geletar yang kemarin.
menunggui wajah mawarmu melongok tubuhku yang gigil dari terpal jendela.
entah sampai kapan......
2
hari terpintal
menjadi telikung asmara yang memendat kabut.
maka dari itu,
mungkin,
kau tak pernah lagi melihatku bertarung dengan rasa takut,
dan berkali kali aku jatuh.
disana kau bekerja keras melawan rasa sakit, menetralkan dirimu sendiri dari bisa kehilangan.
aku kian terjerembab pada diding buram pertanyaan.
sedang menjauh atau sedang mendekat.
aku tak tahu, sungguh.
3
tak ada pengharapan.
tak ada pertanyaan,
karena aku ternyata tidak sedang kemana mana.
selain menikmati tiap maut menyeret orang orang yang kau cinta,
tanpa berbuat apa apa.
dan kau entah kini memandangku akankah seperti kemarin,
karena yang aku tahu kelopak matamu cuma menyisa lubang maha gelap setelah kehilangan itu.
mampukah lagi kau mengenali ornamen wajahku ?
4
jarak ini,
waktu ini,
dinding ini,
pintu ini,
tak pernah bisa ku lompati sendiri.
seperti kau.
5
trakk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar