PAYUNG DAN HUJAN DI LUKISAN PERTAMAMU



dalam sebentar yang sebenarnya susah diukur
kedalamannya oleh seorang tukang ledeng
kami berdiam mengamati tanganmu yang
sedikit kram dan berhenti menggambar.

tak lagi menampik kata-kata saru keluar
dari orang-orang berleher patah yang kau
buat (yang menyangka akan terus mengucur
mukjizat di kepala mereka lewat sapuan catmu
yang putih mangkak serupa cangkang telur
ayam kampung),


membuatku pelan-pelan mampu memahami
bagaimana sengaja kau buat kebenciannya
bisa jatuh seriuh--seruncing ini.

namun sampai saat datang masanya
garis yang dulu lurus itu kau bengkokkan
demi menyediakan ruang lembab  bagi arsiran
; urung kau beritahu suara siapakah yang
terus-menerus ingin melubangi bentangan
punggung tengkurapku yang lama menyerah
dan cuma ingin hidup sebagai penadah.

2015

Tidak ada komentar: