ini barangkali yang hendak engkau rekayasa; segelas teh hangat
yang telah bersusah payah memeluk kita. tak mudah memang
menjadi pemenang yang sehilir ketika sampai di meja.
katamu, mesti ada yang aku engkau sesali. dan aku menunduk.
harapan ini tak cukup menampung kita yang menggigit jemari
sebab berkali-kali mengaduh dinyalakan dimatikan remote televisi
dan aku, yang suatu ketika jadi ruangan kecil dimana kerap engkau
menunjuk dan menatap, menyalahkan banyak hal, disaat engkau
dan aku lebih suka berbisik-bisik, mengawinkan sepasang pernyataan.
sesekali mendesah,
: engkau kapan akan mengulang malu-malu engkau [?]
di tangan jam yang sebenarnya gugup, kemudian kita malah menyerah
dan memilih untuk tak sanggup; duh, kata-kata siapa ini meremas hikayat.
kita tidur di lapang dongeng-dongeng yang membangun kota ini dari api.
dari orang-orang yang kesulitan bicara bahkan sekedar mengucap barangkali.
tapi aku masih yakin tubuhmu tak mudah terbakar.
di luar jendela, angin, engkau tahu benar telah menutup mata
dan berpura-pura tidak memperhatikan pecahan lidah kita
(semarang, 2012)
yang telah bersusah payah memeluk kita. tak mudah memang
menjadi pemenang yang sehilir ketika sampai di meja.
katamu, mesti ada yang aku engkau sesali. dan aku menunduk.
harapan ini tak cukup menampung kita yang menggigit jemari
sebab berkali-kali mengaduh dinyalakan dimatikan remote televisi
dan aku, yang suatu ketika jadi ruangan kecil dimana kerap engkau
menunjuk dan menatap, menyalahkan banyak hal, disaat engkau
dan aku lebih suka berbisik-bisik, mengawinkan sepasang pernyataan.
sesekali mendesah,
: engkau kapan akan mengulang malu-malu engkau [?]
di tangan jam yang sebenarnya gugup, kemudian kita malah menyerah
dan memilih untuk tak sanggup; duh, kata-kata siapa ini meremas hikayat.
kita tidur di lapang dongeng-dongeng yang membangun kota ini dari api.
dari orang-orang yang kesulitan bicara bahkan sekedar mengucap barangkali.
tapi aku masih yakin tubuhmu tak mudah terbakar.
di luar jendela, angin, engkau tahu benar telah menutup mata
dan berpura-pura tidak memperhatikan pecahan lidah kita
(semarang, 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar