Mengatasi Langit-langit yang Pendek

Ibu. Ibu. Dunia yang datar, Ibu. Aku dan bayanganku yang tak mampu kaubenci terbaring begitu saja. Mengatasi langit-langit yang pendek. Mengatasi hawa panas yang seakan hendak menggulung detak jantungku. Pejuang apa aku jika setiap orang  datang mengambil jam makan mereka dan leluasa menahan sendok mereka, menusukkan garpu mereka, ke arah perut mereka sendiri. Ibu, di jubin hijau kuamati wajahmu bergerak dan tak bergerak seperti lumut. Terbata-bata mengunggah kata-kata agar bisa jadi bingkai bagi beku wajah-wajah dalam foto keluarga kita.

Semarang, 2015

Tidak ada komentar: