Tapi kota dan jarimu
sama-sama urung menumbuhkan aku.
Aku terus saja
jadi kebencian yang terpendam di pangkal
sebuah taman.
Seorang lelaki
tua duduk di atasnya dan ingin mengeluhkan
nyeri rematik,
dingin bangku-bangku beton, serta
beberapa puisi
buruk yang menyembah pohon-pohon.
Kau menghibur
dirimu sendiri dengan datang kepadanya,
Bersiul-siul,
menggigit kuku, berharap ada yang merangkul
Dan menjadikan
rasa asing sebagai teman.
Tapi baik
lagu-lagu atau samar ratapan tak mungkin
membangkitkan
aku yang terlanjur busuk menjadi
mayat
perumpamaan.
(Maret, 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar