GJORG



tanah ini tak pernah benar-benar bisa kau unting,
bahkan demi wajah merdeka yang ingin ibumu kenakan
agar bisa tuntas menyerap bau kotoran ratusan gagak
yang jatuh di sepanjang balkan

sementara sisa kegelapan gigih menyerbu
gesekan perih senar lahuta-mu
sebuah nyanyian lagi, sebuah sayatan lagi,
untuk menyambut bahasa yang tak bisa
mereka rebut dari benteng lidahku (seketika kau
ingat ada sempalan nada yang belum sanggup
kita beri nama)

"selama tujuh ratus tahun aku akan membakar
menara-menaramu!"

tujuh ratus tahun lagi, akan tetap aku temui kau
sebagai bayi atau benteng-benteng, atau tanah yang
remuk.

Semarang, Mei  2014

Tidak ada komentar: